LAPORAN
WAJIB KUNJUNG MUSEUM
DISUSUN
OLEH :
KELAS XI IPA 2
« ALVERA
SONGO SUNGA M (01)
« DEAVY EKA
PUTRI (05)
« EGA AYU
LESTARI (08)
« NOVELINA
KRISTIN MARLIANA (14)
« NOVITA
PUTRI PRANOLO (15)
« SARI
ISKADEWI (21)
SMA
N 1 CANGKRINGAN
BEDOYO,WUKIRSARI,CANGKRINGAN,SLEMAN
YOGYAKARTA
PENGESAHAN
LAPORAN
WAJIB KUNJUNG MUSEUM
( tanggal 19 Agustus 2015 )
Penyusun :
-
Alvera Songo Sunga Malinviet
-
Deavy Eka Putri
-
Ega Ayu Lestari
-
Novelina Kristin Marliana
-
Novita Putri Pranolo
-
Sari Iskadewi
Kelas : XI IPA 2
Telah disetujui oleh guru pembimbing dan
disahkan oleh kepala sekolah pada tanggal.........................................2014
Mengesahkan Menyetujui
Kepala SMA N 1 Cangkringan Pembimbing
Maryono,S.Pd.M.Pd Eka Mundiharta,S.Pd
NIP. 19681101 199203 1 003 NIP.
19690303 200701 1 017
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan mengucap
syukur Alhamdulillah,kami persembahkan karya kecil kami ini untuk orang-orang
yang kami sayangi :
- Ayah Ibu tercinta,motivator terbesar dalam hidup kami yang
tidak pernah jemu mendo’akan dan menyayangi kami atas semua pengorbanan dan
kesabaran sampai kini. Tak pernah cukup kami membalas cinta ayah dan ibu pada
kami.
- Saudara-saudara kami yang selalu memberi semangat dan mendukung
kami.
- Guru pembimbing yang telah membantu dalam membuat laporan
wajib kunjung museum ini.
- Kakak-kakak pemandu wisata dari Dinas Kebudayaan yang dengan
senang hati memandu perjalanan kami.
- Sahabat-sahabat kami seperjuangan di SMA N 1 Cangkringan dan
semua teman-teman yang tak mungkin kami sebutkan satu per satu.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami
panjatkan ke hadiran Tuhan Yang Maha Pemurah dan Pengasih yang telah
melimpahkan nikmat,karunia,dan hidayah-Nya sehingga Laporan Hasil Kunjung
Museum ini dapat tersusun.
Laporan Studi Wajib Kunjung Museum ini disusun untuk mendeskripsikan
objek wisata atau museum yang telah kami kunjungi.
Kami sadar bahwa tanpa bantuan dari segenap pihak, Laporan Wajib Kunjung
Museum ini tidak akan dapat terwujud. Oleh karena itu , melalui media ini kami
sampaikan ucapan terimakasih kepada yth.
1.
Bapak Maryono,S.Pd.M.Pd selaku
kepala SMA N 1 Cangkringan.
2.
Bapak Eka Mundiharta,S.Pd yang
telah membimbing cara menyusun laporan ini dan memberi pengarahan kepada kami
dan teman-teman.
3.
Ibu Isti Martini,S.Pd, Ibu
Marsiyam,S.Pd, Ibu Isti Sumiyati,S.Pd, Bapak Drs.Miharso Budi Santoso, Ibu
Dra.Sunarsi,Msi, Ibu Sumilah,S.Pd, Bapak Rahmad Budiyono,S.Pd, dan Ibu Y.Sri
Nuharjanti,S.Pd. yang telah menjadi
pembimbing kami sewaktu di kunjungan museum sehingga kami dan teman-teman
bertambah wawasan.
4.
Semua pihak yang telah memberi
saran dan dorongan positif untuk kebaikan Laporan Wajib Kunjung Museum ini.
Kami
hanya dapat berdo’a semoga amal baik Bapak dan Ibu akan mendapatkan balasan
kebaikan yang melimpah dari Tuhan Yang Maha Esa,aamiiin.
Kami sadar bahwa dalam penulisan
Laporan Wajib Kunjung Museum ini tentunya banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh
karena itu, saran dan kritik dari semua pihak, akan kami terima dengan penuh
keterbukaan dan senang hati demi sempurnanya Laporan Wajib Kunjung Museum ini.
Akhir kata kami hanya dapat berharap Laporan Wajib Kunjung Muesum ini dapat berguna bagi semua pihak,aamiiin.
Akhir kata kami hanya dapat berharap Laporan Wajib Kunjung Muesum ini dapat berguna bagi semua pihak,aamiiin.
Terima Kasih.
Sleman,
19 Agustus 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
§ HALAMAN JUDUL...............................................................................................1
§ HALAMAN
PENGESAHAN................................................................................2
§ HALAMAN
PERSEMBAHAN.............................................................................3
§ KATA PENGANTAR.............................................................................................4
§ DAFTAR
ISI.........................................................................................................6
BAB I PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang......................................................................................................8
2.
Anggota..................................................................................................................9
3.
Waktu.....................................................................................................................9
4.
Tempat yang
dikunjungi....................................................................................10
5.
Tujuan Kegiatan Wajib
Kunjung Museum.....................................................10
6.
Manfaat Kegiatan Wajib
Kunjung Museum .................................................10
BAB
II KAJIAN PUSTAKA
1.
Deskripsi Museum Keraton
Yogyakarya........................................................12
2.
Deskripsi Museum Sasana
Budaya................................................................32
3.
Deskripsi Museum
Dirgantara........................................................................42
BAB III METODE PENGUMPULAN DATA.............................................52
BAB IV HASIL WAWANCARA DAN OBSERVASI
1.
Museum Keraton
Yogykarta...........................................................................53
2.
Museum Dirgantara........................................................................................54
BAB V PENUTUP
1.
Kesimpulan...........................................................................................................55
2.
Saran....................................................................................................................56
3.
Daftar Pustaka...................................................................................................56
BAB I
PENDAHULUAN
v Latar Belakang
Seiring
berjalannya waktu dengan perkembangan zaman yang penuh dengan teknologi
ini,semakin menutup mata para pelajar akan sejarah dan budaya sekitarnya. Jika
dibiarkan,para pelajar lama kelamaan tak akan mengenal lagi budaya dan sejarah
lingkungannya. Maka dari itulah yang menjadi salah satu alasan diadakannya
Wajib Kunjung Museum (WKM) yang diadakan oleh Dinas Kebudayaan untuk
mengenalkan kembali kebudayaan dan sejarah kepada para pelajar yang akan
menjadi generasi penerus bangsa ini. Wajib
Kunjung Museum (WKM) ini merupakan suatu agenda wajib yang harus
diselenggarakan semua sekolah di Indonesia. Sekolah kami tahun ini memilih
Museum Keraton Yogyakarta,Museum Sasana Budaya dan Museum Dirgantara untuk
tempat Wajib Kunjung Museum (WKM). Latar belakang dipilihnya tempat-tempat
tersebut sebagai Wajib Kunjung Museum (WKM) :
1)
Sebagai media pengenalan
budaya
2)
Tuntutan WKM untuk
mengunjungi museum lintas kabupaten
3)
Berdasarkan kandungan
budaya dan ilmunya
4)
Berdasarkan daya tarik
wisata
5)
Berdasarkan keunikan
tempat wisata
Kaitannya
dengan Wajib Kunjung Museum (WKM) ini kami para siswa ditugasi untuk membuat
laporan dalam bentuk karya tulis mengenai objek-objek wisata yang telah kami
kunjungi.
v Anggota
Wajib
Kunjung Museum (WKM) ini diikuti oleh 90 siswa siswi kelas XI IPA & IPS SMA
N 1 Cangkringan. Dan didampingi oleh 10 guru pendamping dengan satu pemandu
wisata disetiap bus.
v Waktu
a)
Hari,Tanggal : Rabu,19 Agustus 2015
b)
Waktu keberangkatan : Jam 09.00 WIB
c)
Waktu kedatangan : Jam 16.00 WIB
NO.
|
WAKTU
|
KEGIATAN
|
1
|
08.30 - 09.00
|
Persiapan pemberangkatan
|
2
|
09.00 – 10.00
|
Perjalanan menuju ke Museum Keraton Yogyakarta
|
3
|
10.00 - 11.00
|
Kunjungan ke Museum keraton Yogyakarta
|
4
|
11.00 – 12.00
|
Kunjungan Ke Museum Sasana Budaya
|
5
|
12.00 – 13.00
|
Perjalanan menuju ke Museum Dirgantara
|
6
|
13.00 – 14.00
|
Istirahat , sholat dan makan di Museum
Dirgantara
|
7
|
14.00 – 15.00
|
Kunjungan Museum Dirgantara
|
8
|
15.00 – 16.00
|
Menuju sekolah
|
v Tempat Yang Dikunjungi
1.
Museum Keraton Yogyakarta
2.
Museum Sasana Budaya
3.
Museum Dirgantara
v Tujuan Kegiatan Wajib
Kunjung Museum
« Memperluas wawasan para siswa
« Menambah pengetahuan dan pengalaman baru
« Mengapresiasikan diri
« Mengenalkan budaya sekitar
« Menumbuhkan daya tarik siswa terhadap museum
« Menumbuhkan rasa cinta tanah air
« Belajar bersosialisasi dengan warga asing
« Belajar sopan santun dan tata krama dengan orang lain
« Membudayakan siswa untuk selalu senyum dan sapa
v Manfaat Wajib Kunjung
Museum
·
Memperkaya informsi
factual yang tercantum dalam buku
·
Membuat teks dalam buku
menjadi berarti
·
Mengembangkan rasa ingin
tau
·
Mengembangkan pengalaman
melalui hubungan antar siswa dengan pemandu wisata
·
Mempererat keakraban
dengan teman
·
Melatih kerjasama
·
Memberikan suasana
relaksasi
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Keraton Yogyakarta didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I beberapa bulan pasca Perjanjian Giyanti pada tahun 1756. Lokasi keraton ini konon adalah
bekas sebuah pesanggarahan yang
bernama Garjitawati.
Pesanggrahan ini digunakan untuk istirahat iring-iringan jenazah raja-raja
Mataram (Kartasura dan Surakarta) yang akan dimakamkan di Imogiri.
Versi lain menyebutkan lokasi keraton merupakan
sebuah mata air, Umbul
Pacethokan, yang ada di tengah hutan Beringan. Sebelum menempati Keraton
Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono I berdiam di Pesanggrahan Ambar Ketawang yang sekarang termasuk wilayah Kecamatan
Gamping Kabupaten Sleman.
Keraton Yogyakarta ini memiliki beberapa museum
yang antara lain :
-
Museum
Batik
- Museum Lukisan
- Museum Sri
Sultan Hamengku Buwono IX à
- Museum Kereta
-
Siti Hinggil
Ler (Balairung Utara)
-
Kamandhungan Ler (Kamandhungan Utara)
-
Sri Manganti, Kedhaton à à à
-
Kamagangan
-
Kamandhungan Kidul (Kamandhungan Selatan)
-
Siti Hinggil Kidul (Balairung Selatan).
Keraton
Yogyakarta juga memiliki bagian lain yang antara lain :
-
Kompleks Taman Sari
-
Kompleks Istana Putra Mahkota
-
Kompleks Pracimosono
-
Kompleks Roto Wijayan
-
Kompleks Keraton Kilen
Selain itu Keraton Yogyakarta memiliki
berbagai warisan budaya baik yang berbentuk upacara maupun benda-benda kuno dan
bersejarah. Hampir diseluruh bagian keraton digunakan sebagai tempat menyimpan
benda-benda bernilai budaya dan termasuk replikanya. Selain benda-benda dan
arsitektur,pengunjung juga dapat melihat pertunjukan seperti
macapat,kerawitan,wayang kulit,serta wayang orang yang dipentaskan di bangsal
Sri Manganti.
Pertunjukan
yang diadakan setiap hari dengan jadwal sebagai berikut :
·
Senin – Selasa : Music Gamelan Dimulai jam
10.00 WIB
·
Rabu : Wayang Golek Menak Dimulai jam 10.00 WIB
·
Kamis : Pertunjukan Tari Dimulai jam 10.00 WIB
·
Jumat : Macapat Dimulai jam 09.00 WIB
·
Sabtu : Wayang Kulit Dimulai jam 09.30 WIB
·
Minggu : Wayang Orang & Pertunjukan Tari
Dimulai jam 09.30 WIB
Dari segi
bangunannya,keraton ini merupakan salah satu contoh arsitektur istana Jawa yang
terbaik karena memiliki balairung-balairung mewah serta lapangan paviliun yang
luas. Kepala arsitek istana ini adalah Sultan Hamengku Buwono I dan kemudian di
bugar dan direstorasi oleh Sultan Hamengku Buwana VII.
Di sisi lain, Keraton
Yogyakarta juga merupakan suatu lembaga adat lengkap dengan pemangku adatnya.
Oleh karenanya tidaklah mengherankan jika nilai-nilai filosofi begitu pula mitologi
menyelubungi Keraton Yogyakarta. Dan untuk itulah pada tahun 1995 Komplek
Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dicalonkan untuk menjadi salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO.
Museum ini dibuka untuk umum setiap hari kecuali pada saat terdapat
upacara. Museum buka mulai jam 08.30 hingga 14.00 wib, kecuali hari Jumat yang
buka hingga pukul 13.00 wib.
Kompleks
utama keraton terdiri dari halaman yang ditutupi pasir dari pantai
selatan,bagunan utama serta pendamping dan ditanami pohon sawo kecik yang
melambangkan kebaikan (sarwa becik). Komplek satu dengan yang lain dipisahkan
dengan tembok yang cukup tinggi dan terhubung dengan Regol yang biasanya
bergaya semar tinandu. Daun pintu
terbuat dari kayu jati tebal. Disetiap gerbang terdapat dinding penyekat yang
memiliki ornamen-ornamen khas.
Tiap-tiap bangunan memiliki kelas
tergantung pada fungsinya termasuk kedekatannya dengan jabatan penggunanya.
Kelas utama misalnya, bangunan yang dipergunakan oleh Sultan dalam kapasitas
jabatannya, memiliki detail ornamen yang lebih rumit dan indah dibandingkan
dengan kelas dibawahnya. Semakin rendah kelas bangunan maka ornamen semakin
sederhana bahkan tidak memiliki ornamen sama sekali. Selain ornamen, kelas
bangunan juga dapat dilihat dari bahan serta bentuk bagian atau keseluruhan
dari bangunan itu sendiri.
Untuk batu
alas tiang, Ompak,
berwarna hitam dipadu dengan ornamen berwarna emas. Warna putih mendominasi
dinding bangunan maupun dinding pemisah kompleks. Lantai biasanya terbuat dari
batu pualam putih atau dari ubin bermotif. Lantai dibuat lebih tinggi dari
halaman berpasir. Pada bangunan tertentu memiliki lantai utama yang lebih
tinggi. Pada bangunan tertentu dilengkapi dengan batu persegi yang disebut Selo Gilang tempat menempatkan singgasana Sultan.
Gerbang
utama untuk masuk ke dalam kompleks Keraton Yogyakarta dari arah utara adalah
Gapura Gladhag dan Gapura Pangurakan yang
terletak persis beberapa meter di sebelah selatannya. Kedua gerbang ini tampak
seperti pertahanan yang berlapis. Pada zamannya konon Pangurakan merupakan
tempat penyerahan suatu daftar jaga atau tempat pengusiran dari kota bagi
mereka yang mendapat hukuman pengasingan/pembuangan.
Versi lain
mengatakan ada tiga gerbang yaitu Gapura Gladhag, Gapura Pangurakan nJawi, dan
Gapura Pangurakan Lebet. Gapura Gladhag dahulu terdapat di ujung utara Jalan
Trikora (Kantor Pos Besar Yogyakarta dan Bank BNI 46) namun sekarang ini sudah
tidak ada. Di sebelah selatannya adalah Gapura Pangurakan nJawi yang sekarang
masih berdiri dan menjadi gerbang pertama jika masuk Keraton dari utara. Di
selatan Gapura Pangurakan nJawi terdapat Plataran/lapangan Pangurakan yang
sekarang sudah menjadi bagian dari Jalan Trikora. Batas sebelah selatannya
adalah Gapura Pangurakan Lebet yang juga masih berdiri. Selepas dari Gapura
Pangurakan terdapat Kompleks Alun-alun Ler.
Alun-alun
Lor adalah sebuah lapangan berumput di
bagian utara Keraton Yogyakarta. Dahulu tanah lapang yang berbentuk persegi ini
dikelilingi oleh dinding pagar yang cukup tinggi. Sekarang dinding ini tidak
terlihat lagi kecuali di sisi timur bagian selatan. Saat ini alun-alun
dipersempit dan hanya bagian tengahnya saja yang tampak. Di bagian pinggir
sudah dibuat jalan beraspal yang dibuka untuk umum.
Di pinggir
Alun-alun ditanami deretan pohon Beringin (Ficus benjamina; famili Moraceae) dan di
tengah-tengahnya terdapat sepasang pohon beringin yang diberi pagar yang
disebut dengan Waringin
Sengkeran/Ringin Kurung (beringin
yang dipagari). Kedua pohon ini diberi nama Kyai
Dewadaru dan Kyai Janadaru. Pada zamannya
selain Sultan hanyalah Pepatih
Dalem yang boleh
melewati/berjalan di antara kedua pohon beringin yang dipagari ini. Tempat ini
pula yang dijadikan arena rakyat duduk untuk melakukan "Tapa Pepe" saat Pisowanan Ageng sebagai bentuk keberatan atas
kebijakan pemerintah. Pegawai /abdi-Dalem Kori akan menemui mereka untuk
mendengarkan segala keluh kesah kemudian disampaikan kepada Sultan yang sedang
duduk di Siti Hinggil.
Pada zaman
dahulu Alun-alun Lor digunakan sebagai tempat penyelenggaraan acara dan upacara
kerajaan yang melibatkan rakyat banyak. Di antaranya adalah upacara garebeg
serta sekaten, acara watangan serta rampogan macan, pisowanan ageng, dan
sebagainya. Sekarang tempat ini sering digunakan untuk berbagai acara yang juga
melibatkan masyarakat seperti konser-konser musik, kampanye, rapat akbar,
tempat penyelenggaraan ibadah hari raya Islam sampai juga digunakan untuk sepak
bola warga sekitar dan tempat parkir kendaraan.
Sepasang Bangsal Pemandengan terletak di sisi jauh sebelah timur
dan barat Pagelaran. Dahulu tempat ini digunakan oleh Sultan untuk menyaksikan
latihan perang di Alun-alun Lor.
Sepasang Bangsal Pasewakan/Pengapit terletak tepat di sisi luar sayap
timur dan barat Pagelaran. Dahulu digunakan para panglima Kesultanan menerima
perintah dari Sultan atau menunggu giliran melapor kepada dia kemudian juga
digunakan sebagai tempat jaga Bupati Anom Jaba. Sekarang digunakan untuk
kepentingan pariwisata (semacam diorama yang menggambarkan prosesi adat,
prajurit keraton dan lainnya).
Bangsal
Pengrawit yang terletak di
dalam sayap timur bagian selatan Tratag Pagelaran dahulu digunakan oleh Sultan
untuk melantik Pepatih Dalem. Saat ini di sisi selatan kompleks ini dihiasi
dengan relief perjuangan Sultan HB Idan Sultan HB IX. Kompleks Pagelaran
ini pernah digunakan oleh Universitas Gadjah Mada sebelum memiliki kampus di Bulak Sumur.
Pintu Gerbang Donopratopo Bangsal Kencono
Ukiran kepala
kala di Bangsal Manis
Keputren merupakan tempat tinggal Permaisuri dan Selir raja. Di tempat yang memiliki
tempat khusus untuk beribadat pada
zamannya tinggal para puteri raja yang belum menikah. Tempat ini merupakan
kawasan tertutup sejak pertama kali didirikan hingga sekarang. Kesatriyan pada zamannya digunakan sebagai tempat
tinggal para putera raja yang belum menikah. Bangunan utamanya adalah Pendapa Kesatriyan, Gedhong Pringgandani, dan Gedhong Srikaton. Bagian
Kesatriyan ini sekarang dipergunakan sebagai tempat penyelenggaraan even
pariwisata. Di antara Plataran Kedhaton dan Kesatriyan dahulu merupakan istal
kuda yang dikendarai oleh Sultan.
Alun-alun Kidul
(Selatan) adalah alun-alun di bagian Selatan Keraton Yogyakarta. Alun-alun
Kidul sering pula disebut sebagai Pengkeran.
Pengkeran berasal dari kata pengker (bentuk krama) dari mburi (belakang). Hal tersebut sesuai dengan
keletakan alun-alun Kidul yang memang terletak di belakang keraton. Alun-alun
ini dikelilingi oleh tembok persegi yang memiliki lima gapura, satu buah di
sisi selatan serta di sisi timur dan barat masing-masing dua buah.
Di antara gapura utara
dan selatan di sisi barat terdapatngGajahan sebuah kandang guna memelihara gajah
milik Sultan. Di sekeliling alun-alun ditanami pohon mangga (Mangifera
indica; famili Anacardiaceae),
pakel (Mangifera sp; famili Anacardiaceae),
dan kuini (Mangifera odoranta; famili Anacardiaceae).
Pohon beringin hanya terdapat dua pasang. Sepasang di tengah alun-alun yang
dinamakan Supit Urang (harfiah=capit udang) dan sepasang
lagi di kanan-kiri gapura sisi selatan yang dinamakan Wok(dari kata bewok,
harfiaf=jenggot). Dari gapura sisi selatan terdapat jalanGading yang menghubungkan dengan Plengkung Nirbaya.
Plengkung
Nirbaya merupakan ujung selatan poros utama keraton. Dari tempat ini Sultan HB
I masuk ke Keraton Yogyakarta pada saat perpindahan pusat pemerintahan dariKedhaton
Ambar Ketawang]. Gerbang ini
secara tradisi digunakan sebagai rute keluar untuk prosesi panjang pemakaman
Sultan ke Imogiri. Untuk alasan inilah tempat ini kemudian menjadi tertutup
bagi Sultan yang sedang bertahta.
Setiap
pelataran tesebut dihubungkan oleh benteng yang kuat dan dihubungkan oleh
gerbang.. Gerbang tersebut jumlahnya ada sembilan, sembilan pelataran terdapat
9 pintu gerbang.
1.
Gerbang Pangurakan
2.
Gerbang Brajanala
3.
Gerbang Srimanganti
4.
Gerbang Danapratapa
5.
Gerbang Kemangangan
6.
Gerbang Gadung Mlathi
7.
Gerbang Kemandhungan
8.
Gerbang Gading
9.
Gerbang Tarub Agung
Kompleks
Pracimosono merupakan
bagian keraton yang diperuntukkan bagi para prajurit keraton. Sebelum bertugas
dalam upacara adat para prajurit keraton tersebut mempersiapkan diri di tempat
ini. Kompleks yang tertutup untuk umum ini terletak di sebelah barat Pagelaran
dan Siti Hinggil Lor.
Kompleks Roto
Wijayan merupakan
bagian keraton untuk menyimpan dan memelihara kereta kuda. Tempat ini mungkin
dapat disebut sebagai garasi istana. Sekarang kompleks Roto Wijayan menjadi Museum Kereta Keraton. Di
kompleks ini masih disimpan berbagai kereta kerajaan yang dahulu digunakan
sebagai kendaraan resmi. Beberapa diantaranya ialah KNy Jimat, KK Garuda Yaksa, dan Kyai Rata Pralaya. Tempat ini
dapat dikunjungi oleh wisatawan.
Kompleks Tamanan merupakan kompleks taman yang berada di barat laut
kompleks Kedhaton tempat dimana keluarga kerajaan dan tamu kerajaan
berjalan-jalan. Kompleks ini tertutup untuk umum.
Kompleks
Panepen merupakan
sebuah masjid yang digunakan oleh Sultan dan keluarga kerajaan sebagai tempat
melaksanakan ibadah sehari-hari dan tempat Nenepi (sejenis meditasi). Tempat
ini juga dipergunakan sebagai tempat akad nikah bagi keluarga Sultan. Lokasi
ini tertutup untuk umum.
Kompleks
Kraton Kilen dibangun
semasa Sultan HB VII. Lokasi yang berada di sebelah barat Keputren menjadi
tempat kediaman resmi Sultan
HB X dan keluarganya. Lokasi ini tertutup untuk umum.
Kompleks Taman Sari merupakan
peninggalan Sultan HB I. Taman Sari (Fragrant Garden) berarti taman yang
indah, yang pada zaman dahulu merupakan tempat rekreasi bagi sultan beserta
kerabat istana. Di kompleks ini terdapat tempat yang masih dianggap sakral di
lingkungan Taman Sari, yakni Pasareyan
Ledoksari tempat peraduan dan
tempat pribadi Sultan. Bangunan yang menarik adalah Sumur Gumuling yang berupa bangunan bertingkat dua
dengan lantai bagian bawahnya terletak di bawah tanah.
Di masa
lampau, bangunan ini merupakan semacam surau tempat sultan melakukan ibadah.
Bagian ini dapat dicapai melalui lorong bawah tanah. Di bagian lain masih
banyak lorong bawah tanah yang lain, yang merupakan jalan rahasia, dan
dipersiapkan sebagai jalan penyelamat bila sewaktu-waktu kompleks ini mendapat
serangan musuh. Sekarang kompleks Taman Sari hanya tersisa sedikit saja.
Tugu golong
gilig atau tugu pal putih (white pole) merupakan penanda batas utara
kota tua Yogyakarta. Semula bangunan ini berbentuk seperti tongkat bulat
(gilig) dengan sebuah bola (golong) diatasnya. Bangunan ini mengingatkan pada
Washington Monument di Washington DC. Pada tahun 1867 bangunan ini rusak
(patah) karena gempa bumi yang juga merusakkan situs Taman Sari. Pada masa
pemerintahan Sultan HB VII bangunan ini didirikan kembali. Namun sayangnya dengan
bentuk berbeda seperti yang dapat disaksikan sekarang (Januari 2008). Ketinggiannya pun dikurangi dan hanya sepertiga tinggi
bangunan aslinya. Lama-kelamaan nama tugu golong gilig dan tugu pal putih
semakin dilupakan seiring penyebutan bangunan ini sebagai Tugu Yogyakarta.
Pasar
Bering Harjo merupakan salah satu pusat ekonomi Kesultanan Yogyakarta pada
zamannya. Berlokasi di sisi timur jalan Jend. A Yani, pasar Bering Harjo sampai
saat ini menjadi salah satu pasar induk di Yogyakarta. Sekarang pasar ini jauh berbeda
dengan aslinya. Bangunannya yang megah terdiri dari tiga lantai dan dibagi
dalam dua sektor barat dan timur yang dibatasi oleh jalan kecil. Namun demikian
pasar yang berada tepat di utara benteng vredeburg ini tetap menjadi sebuah
pasar tradisional yang merakyat.
Selain
memiliki kemegahan bangunan Keraton Yogyakarta juga memiliki suatu warisan
budaya yang tak ternilai. Diantarannya adalah upacara-upacara adat, tari-tarian
sakral, musik, dan pusaka (heirloom). Upacara adat yang terkenal adalah
upacara Tumplak Wajik, Garebeg, upacara Sekaten dan upacara Siraman Pusaka dan Labuhan.
Upacara yang berasal dari zaman kerajaan ini hingga sekarang terus dilaksanakan
dan merupakan warisan budaya Indonesia yang harus dilindungi dari klaim pihak
asing.
Upacara tumplak wajik adalah upacara
pembuatan Wajik (makanan khas yang terbuat dari beras ketan dengan gula kelapa)
untuk mengawali pembuatan pareden yang digunakan dalam upacara Garebeg. Upacara
ini hanya dilakukan untuk membuat pareden estri pada Garebeg Mulud dan Garebeg
Besar. Dalam upacara yang dihadiri oleh pembesar Keraton ini di lengkapi
dengan sesajian. Selain itu upacara yang diselenggarakan dua hari sebelum
garebeg juga diiringi dengan musik ansambel lesung-alu (alat penumbuk padi),
kenthongan, dan alat musik kayu lainnya. Setelah upacara selesai dilanjutkan
dengan pembuatan pareden.
Upacara Garebeg diselenggarakan tiga
kali dalam satu tahun kalender/penanggalan Jawa yaitu pada tanggal dua belas
bulan Mulud (bulan ke-3), tanggal satu bulan Sawal (bulan ke-10) dan tanggal
sepuluh bulan Besar (bulan ke-12). Pada hari-hari tersebut Sultan berkenan mengeluarkan
sedekahnya kepada rakyat sebagai perwujudan rasa syukur kepada Tuhan atas
kemakmuran kerajaan. Sedekah ini, yang disebut dengan Hajad Dalem, berupa pareden/gunungan yang terdiri dari Pareden Kakung, Pareden Estri,Pareden
Pawohan, Pareden Gepak,
dan Pareden Dharat, serta Pareden Kutug/Bromo yang hanya dikeluarkan 8 tahun sekali
pada saat Garebeg Mulud tahun Dal.
Sekaten
merupakan sebuah upacara kerajaan yang dilaksanakan selama tujuh hari. Konon
asal usul upacara ini sejak kerajaan Demak. Upacara ini sebenarnya merupakan
sebuah perayaan hari kelahiran Nabi Muhammad. Menurut cerita rakyat kata Sekaten berasal dari istilah
credo dalam agama Islam, Syahadatain. Sekaten dimulai dengan keluarnya dua
perangkat Gamelan Sekati, KK
Guntur Madu dan KK Nagawilaga, dari keraton
untuk ditempatkan di Pagongan Selatan dan Utara di depan Mesjid Gedhe. Selama tujuh
hari, mulai hari ke-6 sampai ke-11 bulan Mulud, kedua perangkat gamelan
tersebut dimainkan/dibunyikan (jw: ditabuh)
secara bergantian menandai perayaan sekaten.
Siraman/Jamasan Pusaka
adalah upacara yang dilakukan dalam rangka membersihkan maupun merawat Pusaka
Kerajaan (Royal Heirlooms) yang dimiliki. Upacara ini di selenggarakan
di empat tempat. Lokasi pertama adalah di Kompleks Kedhaton (nDalem Ageng
Prabayaksa dan bangsal Manis). Upacara di
lokasi ini 'tertutup untuk umum dan hanya diikuti oleh keluarga kerajaan.
Labuhan adalah upacara sedekah yang dilakukan setidaknya di
dua tempat yaitu Pantai Parang
Kusumo dan Lereng Gunung Merapi. Di kedua
tempat itu benda-benda milik Sultan seperti nyamping (kain batik), rasukan
(pakaian) dan sebagainya di-larung (harfiah=dihanyutkan). Upacara Labuhan di
lereng Gunung Merapi (Kabupaten Sleman) dipimpin oleh
Juru Kunci Gunung Merapi (sekarang Januari 2008 dijabat oleh Mas
Ngabehi Suraksa Harga atau
yang lebih dikenal dengan Mbah Marijan) sedangkan di
Pantai Parang Kusumo Kabupaten Bantul dipimpin oleh Juru Kunci Cepuri Parang Kusumo.
Benda-benda tersebut kemudian diperebutkan oleh masyarakat. tertutup untuk umum dan hanya
diikuti oleh keluarga kerajaan.
Labuhan adalah
upacara sedekah yang dilakukan setidaknya di dua tempat yaitu Pantai Parang Kusumo dan Lereng Gunung Merapi. Di kedua
tempat itu benda-benda milik Sultan seperti nyamping (kain batik), rasukan
(pakaian) dan sebagainya di-larung (harfiah=dihanyutkan). Upacara Labuhan di
lereng Gunung Merapi (Kabupaten Sleman) dipimpin oleh
Juru Kunci Gunung Merapi (sebagaimana pernah dijabat Mas Ngabehi Suraksa Harga
atau lebih dikenal dengan nama Mbah Marijan) sedangkan di
Pantai Parang Kusumo Kabupaten Bantul dipimpin oleh Juru Kunci Cepuri Parang Kusumo.
Benda-benda tersebut kemudian diperebutkan oleh masyarakat.
Wujud
benda pusaka di Keraton Yogyakarta bermacam-macam. Benda-benda tersebut dapat
dikelompokkan menjadi:
(1) Senjata tajam
(2) Bendera dan Panji kebesaran
(3) Perlengkapan Kebesaran
(4) Alat-alat musik
(5) Alat-alat transportasi
(6) Manuskrip, babad (kronik) berbagai karya tulis
lain
(7) Perlengkapan sehari-hari
(8) Lain-lain
-
tombak (KK Gadatapan dan KK
Gadawedana, pendamping KKA
Pleret)
-
keris (KKA Kopek) à à à à
-
Wedhung (KK Pengarab-arab, untuk eksekusi mati
narapidana dengan pemenggalan kepala)
-
pedang (KK Mangunoneng, pedang yang
digunakan untuk memenggal seorang pemberontak,Tumenggung Mangunoneng).
Pusaka dalam bentuk bendera/panji :
-
KK Pujo
-
KK Puji
Pusaka yang digunakan sebagai perlengkapan
kebesaran terdiri dari :
-
satu set regalia
kerajaan yang disebutKK
Upocoro
-
satu set lambang kebesaran Sultan yang disebut KK Ampilan serta perlengkapan baju kebesaran
(mahkota, sumping [hiasan telinga]
-
baju kebesaran, akik [cicin dengan mata dari batu mulia]
dan lain sebagainya).
-
set gamelan (misal KK Kancil Belik)
-
alat musik tersendiri (misal cymbal KK Udan Arum dan KK
Tundhung Mungsuh).
- kereta kuda
pernah digunakan oleh Sultan HB I,
-
KK Tandu Lawak
-
pelana kuda yang disebut KK Cekathak
Benda pusaka dalam kelompok Manuskrip antara lain :
-
KK Suryaraja (buku matahari raja-raja) yang dikarang oleh Sultan HB II semasa dia masih menjadi putra mahkota
-
KK Bharatayudha yang berupa ceritera wayang.
Pusaka dalam bentuk perlengkapan sehari-hari :
-
Ny Mrico, sebuah periuk yang hanya digunakan untuk menanak
nasi saat upacara Garebeg Mulud tahun Dal (terjadi hanya delapan tahun sekali).
Pusaka kelompok lain-lain :
-
wayang kulit tokoh tertentu (misalnya KK Jayaningrum [tokoh Arjuna]
-
KK Jimat [tokoh Yudhistira]
-
KK Wahyu Kusumo [tokoh Batara Guru])
-
tembikar (misalnya K Danumurti sebuah enceh/kong (guci tembikar),
yang konon berasal dari Aceh, yang juga
terdapat di pemakaman Imogiri)
Regalia merupakan
pusaka yang menyimbolkan karakter Sultan
Yogyakarta dalam memimpin negara berikut rakyatnya. Regalia yang dimiliki oleh terdiri dari
berbagai benda yang memiliki makna tersendiri yang kesemuanya secara
bersama-sama disebut KK
Upocoro. Macam benda dan dan maknanya sebagai berikut:
1. Banyak (berwujud angsa) menyimbolkan
kelurusan, kejujuran, serta kesiap siagaan serta ketajaman;
2. Dhalang (berwujud kijang) menyimbolkan
kecerdasan dan ketangkasan;
3. Sawung (berwujud ayam jantan) menyimbolkan
kejantanan dan rasa tanggung jawab;
4. Galing (berwujud burung merak jantan)
menyimbolkan kemuliaan, keagungan, dan keindahan;
5. Hardawalika (berwujud raja ular naga)
menyimbolkan kekuatan;
6. Kutuk (berwujud kotak uang) menyimbolkan
kemurahan hati dan kedermawanan;
7. Kacu Mas (berwujud tempat saputangan emas)
menyimbolkan kesucian dan kemurnian;
8. Kandhil (berwujud lentera minyak)
menyimbolkan penerangan dan pencerahan; dan
9. Cepuri (berwujud nampan sirih pinang), Wadhah Ses (berwujud kotak rokok), dan Kecohan (berwujud tempat meludah sirih pinang)
menyimbolkan proses membuat keputusan/kebijakan negara.
KK Upocoro selalu
ditempatkan di belakang Sultan saat upacara resmi kenegaraan (state ceremony)
dilangsungkan. Pusaka ini dibawa oleh sekelompok gadis remaja yang disebut
dengan abdi-Dalem Manggung.
KK
Ampilan sebenarnya merupakan
satu set benda-benda penanda martabat Sultan. Benda-benda tersebut antara lain
:
- Dampar
Kencana (singgasana
emas)
- Pancadan/Amparan (tempat
tumpuan kaki Sultan di muka singgasana)
- Dampar
Cepuri (untuk
meletakkan seperangkat sirih pinang di sebelah kanan singgasana Sultan)
- Panah (anak
panah)
-
Gendhewa (busur
panah);
-
Pedang
- Tameng (perisai)
- Elar
Badhak (kipas
dari bulu merak)
-
KK Alquran (manuskrip
Kitab Suci tulisan tangan)
- Sajadah(karpet/tikar
ibadah)
- Songsong (payung
kebesaran)
- Tombak.
KK Ampilan
ini selalu berada di sekitar Sultan saat upacara resmi kerajaan (royal
ceremony) diselenggarakan. Berbeda dengan KK
Upocoro, pusaka KK Ampilan dibawa oleh sekelompok
ibu-ibu/nenek-nenek yang sudah menopause.
Namun
demikian ada perbedaan antara Keraton Yogyakarta dengan Keraton/Istana
kerajaan-kerajaan Nusantara yang lain. Sultan Yogyakarta selain sebagai Yang
Dipertuan Pemangku Tahta Adat /Kepala Keraton juga memiliki kedudukan yang
khusus dalam bidang pemerintahan sebagai bentuk keistimewaan daerah Yogyakarta.
Dari permulaan DIY berdiri (de facto 1946 dan de yure 1950) sampai tahun 1988
Sultan Yogyakarta secara otomatis diangkat sebagai Gubernur/Kepala Daerah
Istimewa yang tidak terikat dengan ketentuan masa jabatan, syarat, dan cara
pengangkatan Gubernur/Kepala Daerah lainnya (UU 22/1948; UU 1/1957; Pen Pres
6/1959; UU 18/1965; UU 5/1974). Antara 1988-1998 Gubernur/Kepala Daerah
Istimewa dijabat oleh Wakil Gubernur/Wakil Kepala Daerah Istimewa yang juga
Penguasa Paku Alaman.
Setelah
1999 keturunan Sultan Yogyakarta tersebut yang memenuhi syarat mendapat
prioritas untuk diangkat menjadi Gubernur/Kepala Daerah Istimewa (UU 22/1999;
UU 32/2004). Saat ini yang menjadi Yang Dipertuan Pemangku Tahta adalah Sultan Hamengku Buwono X.
Berikut ini parra Sultan yang pernah menjadi raja
di keraton Yogyakarta :
1.
Sri Sultan Hamengku Buwono I ( 1755-1792 )
2.
Sri Sultan Hamengku Buwono II ( 1792-1810 )
3.
Sri Sultan Hamengku Buwono III ( 1810-1813 )
4.
Sri Sultan Hamengku Buwono IV ( 1814-1822 )
5.
Sri Sultan Hamengku Buwono V ( 1822-1855 )
6.
Sri Sultan Hamengku Buwono VI ( 1855-1877 )
7.
Sri Sultan Hamengku Buwono VII ( 1877-1921 )
8.
Sri Sultan Hamengku Buwono VIII ( 1921-1939 )
9.
Sri Sultan Hamengku Buwono IX ( 1939-1988 )
10.
Sri Sultan Hamengku Buwono X ( 1988- sekarang )
MUSEUM SASANA BUDAYA
Sejarah dan
kebudayaan Jawa, termasuk
bangunan arsitektur klasik Jawa. Museum ini menyimpan koleksi mengenai budaya
dan sejarah Jawa yang dianggap paling lengkap setelah Museum Nasional Republik Indonesia di Jakarta.
Selain keramik pada zaman Neolitik dan patung perunggu dari abad ke-8, museum ini juga menyimpan
beberapa macam bentuk wayang
kulit, berbagai senjata kuno (termasuk keris),
dan topeng Jawa.
Museum Sonobudoyo terdiri
dari dua unit. Museum Sonobudoyo Unit I terletak di Jalan Pangurakan No. 6
Yogyakarta, sedangkan Unit II terdapat di nDalem Condrokiranan, Wijilan, di
sebelah timur Alun-alun Utara Keraton Yogyakarta.
Museum yang terletak di
bagian utara Alun-alon Lor dari kraton
Yogyakarta itu pada malam hari
juga menampilkan pertunjukkanwayang kulit dalam
bentuk penampilan aslinya (dengan menggunakan bahasa Jawa diiringi dengan musik
gamelan Jawa). Pertunjukan wayang kulit ini disajikan secara ringkas dari jam
08.00-10.00 malam pada hari kerja untuk para turis asing maupun turis domestik.
Java
Instituut merupakan sebuah yayasan yang bergerak dibidang kebudayaan Jawa, Madura, Bali, Madura, Lombok yang
berdiri tahun 1919 di Surakarta.
Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jenderal
Hindia Belanda di Jakarta dengan
No. 73, tanggal 17 Desember 1919 yang ditanda tangani oleh Sekretaris Umum G.
Rd. Redtrienk merupakan jawaban Surat Dr. Hoesein Djajadiningrat dan Dr. F.D.K. Bosch tanggal 3 Oktober 1919.
Surat Gubernur Jenderal tersebut memberikan wewenang kepada Java Instituut
untuk melakukan kegiatan organisasi selama 29 tahun, terhitung mulai tanggal 4
Agustus 1919.
Pada
tahun 1924 Java Instituut mengadakan konggres di Surakarta dengan menghasilkan
keputusan untuk mendirikan museum dengan tujuan mengumpulkan data kebudayaan
dari daerah Jawa, Madura, Bali, dan Lombok.
Selain
di Surakarta berdiri sebuah yayasan Panti Boedaja (Der
Stichting Panti Boedaja)Di bawah pimpman Pangeran Adipati Arya Mangkunegara
VII, yang berdirinya pada'tanggal 10 Februari 1930. Dalam perannya Panti Budaya
membantu Java Instituut untuk mengumpulkan data kebudyaan terutama di dalam
bidang naskah kuno dari Kasultanan Yogyakarta, Kasunanan Surakarta, Kadipaten Pakualaman dan Mangkunegaran.
Sebagai
realisasi dari keputusan konggres maka dibentuklah panitia pada tahun 1913
dengan anggota antara lain Ir. Th. Karsten, P.H.W Sitsen, dan S. Koperberg
dengan tugas mempersiapkan berdirinya sebuah museum. Sedangkan tanah yang
digunakan untuk museum adalah bekas "Schauten" yang merupakan tanah
hibah dari Sri Sultan Hamengkubuwana VII.
Awal
pembangunan museum ditandai dengan candrasengkala Buta Ngrasa Esthining
Lata yang menunjukan tahun 1865 Jawa atau 1934 Masehi[1].
Pada tanggal 6 November 1935 Masehi diresmikan dan
dibuka untuk umum dengan ditandai candrasengkala Kayu Winayangan ing
Brahaman Budha yang menunjukan 9 Ruwah 1866 Jawa[2].
Sedangkan nama museum bernama Museum Sonobudoyo, sono berarti
tempat dan budoyo berarti budaya.
Pada
tahun 1939 ntuk menunjang dan melengkapi usaha dari Java Instituut maka
dibukalah Sekolah Kerajinan Seni Ukir atau Kunstambacht School.
Di
masa pendudukan Jepang di Yogyakarta museum dikelola oleh Bupati Paniradyapati
Wiyata Praja (Kantor Sosial bagian pengajaran) dan pada masa kemerdekaan museum
dikelola oleh Bupati Utorodyopati Budaya Prawito yaitu jajaran pemerintah
Daerah Istimewa Yogyakarta.
Selanjutnya
pada akhir tahun 1974 Museum Sonobudoyo diserahkan ke Pemerintah Pusat /
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan secara langsung bertanggung jawab kepada
Direktorat Jenderal dengan berlakunya Undang- undang No. 22 tahun 2000 tentang
kewenangan Pemerintah dan kewenangan Provinsi sebagai Otonomi Daerah.
Pada prinsipnya bangunan
museum berbentuk Jawa. Hal tersebut dapat terlihat antara halaman luar dengan
halaman dalam dipisahkan dengan tembok (cempuri) yang berhiaskan kuncup bunga
melati dan gerbang utama berbentuk semar tinandu.
Museum berdiri yang
terletak di Jalan Trikora No. 6. Dalam perkembangannya tanah museum mengalami
perluasan hingga 7.867 m2 dengan 5.031 m2 sebagai keperluaan penyelenggaraan.
Objek penelitiannya adalah setiap mata uang / alat
tukar yang sah, terdiri dari mata uang logam dan mata uang kertas. Heraldika
adalah setiap tanda jasa, lambang dan pangkat resmi (termasuk cap /stempel).
2. Koleksi Filologi adalah
benda koleksi yang menjadi objek penelitian filologi, misalnya riaskah kuno,
tulisan tangan yang menguraikan sesuatu hal atau peristiwa.
3.
Koleksi
Keramologika adalah koleksi yang dibuat dari bahan tanah
liat bakar (baked clay) berupa pecah belah, misalnya: Guci.
Koleksi seni yang mengekspresikan pengalaman
artistik melalui objek dua dimensi atau tiga dimensi
Benda/kumpulan benda yang menggambarkan
perkembangan teknologi yang menonjol berupa peralatan atau hasil produksi yang
di buat secara massal oleh suatu industri/pabrik, contoh: Gramaphon.
6. Koleksi Geologi adalah
benda yang menjadi obyek ilmu geologi, antara lain batuan, mineral, fosil dan benda-benda
bentukan alam lainnya (permata, granit, andesit). Contoh: Batu Barit.
7. Koleksi Biologi adalah
benda yang menjadi objek penelitian ilmu biologi, antara lain tengkorak atau
rangka manusia, tumbuh-tumbuhan dan hewan. Misalnya burung (obset) /
dikeringkan.
8. Koleksi Arkeologi adalah
benda yang menjadi objek penelitian arkeologi. Benda tersebut merupakan hasil
peninggalan manusia dari zaman prasejarah sampai dengan masuknya pengaruh
kebudayaan barat misalnya : Cermin.
9. Koleksi Etnografi adalah
benda yang menjadi objek peneiitian ilmu etnografi, benda-benda tersebut
merupakan hasil budaya atau menggambarkan identitas suatu etnis misalnya Kacip.
10.Koleksi
Historika adalah benda yang bernilai sejarah dan menjadi objek penelitian
sejarah. Benda tersebut dari sejarah masuknya budaya barat sampai dengan
sekarang, misalnya Senapan laras panjang, Meriam. Koleksi
tersebut dipamerkan di Museum Sonobudoyo unit I dan Museum Sonobudoyo II. Untuk
Sonobudoyo unit I dipamerkan di sembilan ruang.
Ruang Pendopo dan Sekitarnya
Bangunan pendopo
berbentuk limas dengan atap tumpang sari bertingkat dua. Fungsi pendopo dalam
bangunan Jawa yaitu untuk menerima tamu. Di sebelah selatan pendapa terdapat
dua buah meriam masing-masing ditempatkan di samping timur dan barat.
1. Meriam di sisi Timur
Di bagian pangkal terdapat tulisan huruf Jawa yang berbunyi
"Yasa dalem meriyem ing Ngayogyakartahadiningrat ing tahun Alip,
sinengkalan Nrus guna Pandhita
Ratu" (Nrus = 9; guna = 3, Pandhita = 7, Ratu = 1) berarti 1739 Jawa
atau tahun 1871 Masehi.
2. Meriam di sisi Barat
Meriam yang berada di sisi barat ini juga hampir sama
dengan koleksi meriam di sisi timur. Pada bagian pangkal terdapat tulisan huruf
Jawa dan berbunyi "Yasa dalem meriyem ing Ngayogyakartahadmingrat ing
tahun Junakir, sinengkalan Naga
mosik sabdaning Ratu" (Naga = 8; mosik = 6; sabda = 7; Ratu = 1) yang
berarti tahun 1768 Jawa atau tahun 1846 Masehi.
Kedua koleksi meriam
tersebut di atas berasal dari masa Sri Sultan Hamengku Buwana III. Selain
meriam terdapat pula arca dan relief. Berikut beberapa koleksi yang berada di
halaman pendapa : Arca Dewi Laksmi, arca Mahakala, dan Makara. Sedangkan
di bagian dalam pendopo terdapat seperangkat gamelan.
Ruang Pengenalan
Di atas pintu masuk
menuju ke ruang pengenalan terdapat relief candrasengkala "Buta Ngrasa
Esthining Lata". Ruang pengenalan berukuran 62,5 m2. Salah satu koleksi
yang ada di ruang pengenalan yaitu pasren atau krobongan yang terdiri dari
tempat tidur, bantal, guling, kasur, kelambu, sepasang patung loro blonyo,
sepasang lampu robyong, dan sepasang lampu jlupak.
Ruang Prasejarah
Ruang ini menyajikan
benda-benda peninggalan masa prasejarah yang menggambarkan cara hidup manusia
pada masa itu meliputi berburu, mengumpulkan dan rneramu makanan. Pada tingkat selanjutnya
manusia mulai bercocok tanam secara sederhana serta melakukan upacara- upacara
yang berhubungan dengan religi (kepercayaan kepada roh nenek moyang, penguburan
dan kesuburan)
Ruang Klasik dan Peninggalan Islam
Dalam penyajian koleksi dikelompokkan
menjadi tujuh unsur kebudayaan universal yaitu:
1. Sistem Kemasyarakatan
2. Sistem Bahasa
3. Sistem Religi
4. Sistem Kesenian
5. Sistem Ilmu pengetahuan
6. Sistem Peralatan Hidup
7. Sistem Mata Pencaharian Hidup
Ruang Batik
Di ruang ini memamerkan
beberapa koleksi batik. Selain itu terdapat proses membatik yang di mulai dari
pengerjaan pola sampai proses jadi sebuah batik.
Di Indonesia memiliki
beberapa jenis wayang salah satunya wayang klitik yang terbuat dari kayu. Pada
tahun wayang mendapat pengakuan dunia.
Ruang Topeng
Sebagai salah satu bentuk
karya seni tradisional Indonesia, Topeng sudah mengalami sejarah perkembangan,
bersamaan dengan nilai-nilai budaya dan nilai seni rupa. Topeng yang tampil
dalam bentuk tradisional mempunyai fungsi sebagai sarana upacara dan
pertunjukan.
Dalam adat tradisional
yang didukung pemikiran Relegi Magia ada kebiasaan untuk menutup raut muka
dengan lumpur atau menggambar wajah untuk menampilkan ekspresi raut muka pada
tarian-tarian ritual. Kebiasaan mereka-reka wajah tersebut sejalan dengan
hasrat untuk mewujudkan citra dari makhluk yang sangat berpengaruh kepada
masyarakat.
Topeng berasal dari kata tutup karena gejala bahasa yang disebut
formatif (pembentukan kata), kata tutup ditambah dengan eng kemudian menjadi tupeng. Kemudian mengalami
perubahaan menjadi topeng.
Ruang Jawa Tengah
Di ruang ini memamerkan
ukiran kayu yang terkenal dari Jawa Tengah yaitu Jepara seperti gebyog patang
aring. Selain itu terdapat keris dan senjata tajam lainnya dengan berbagai
jenis.
Ruang Emas
Museum Sonobudoyo
merupakan museum yang memiliki koleksi artefak emas tapi dengan beberapa alasan
belum dapat dilihat oleh umum[4].
Pada dasarnya artefak emas memiliki fungsi berbeda-beda.
1. mata uang
2. perhiasan
3. wadah
4. senjata
5. simbol religius, dll.
Ruang Bali
Koleksi ruang Bali berkaitan dengan kebudayaan Bali baik mengenai yadnya (upacara) maupun berbentuk seni lukis
dan seni pahat. Di bagian terpisah terdapat Candi Bentar.
MUSEUM DIRGANTARA
Museum
Dirgantara diresmikan pada tanggal 4 April 1969 oleh Panglima Udara Laksamana
Udara Rusman Nuryadin yang berkedudukan di Makowilu V Tanah Abang
Bukit,Jakarta.
Pada
tanggal 29 Juli 1978 dipindah ke Yogyakarta karena yogyakarta merupakan tempat
pendidikan,yogyakarta merupakan tempat lahir dan pusat perjuangan TNI AU dan
merupakan tempat penggodokan Karbol AAU.
Museum
Dirgantara ini termasuk museum penerbangan terluas di Asia dengan luas 7.600 m2.
Museum Dirgantara terletak tidak jauh dari pusat kota,sehingga sangat mudah
dijangkau. Letaknya sekitar 200 meter dari Ring Road Timur,tepatnya di sekitar
daerah Janti. Daya tarik utama museum ini adalah pesawat dan peralatan
perangnya. Tujuan didirikannya museum ini antara lain :
z Membangun kesadaran masyarakat
z Meningkatkan pengetahuan
z Membentuk ideologi bangsa
z Media pembelajaran
z Menambah wawasan
z Mengenang jasa para pahlawan
Museum
ini diresmikan oleh mantan Presiden Indonesia,Soeharto pada tahun 1972. Dalam
museum ini ada berbagai koleksi peralatan perang dari masalampau sampai masa
modern seperti :
Y Rudal
Y Ranjau
Y Torpedo
Y Tank
Y Helikopter
Y Pesawat terbang
Selain itu juga ada
benda-benda bersejarah yang berkaitan dengan TNI seperti :
{ Senjata berat
{ Senjata ringan
{ Atribut ketentaraan
{ Panji-panji
{ Lambang-lambang
Komplek
museum TNI Satria mandala ini juga menampilkan diorama ketika TNI bersama-sama
dengan rakyat menumpas gerombolan separatis DI/TII di Jawa Barat,Jawa Tengah,Aceh,Kalimantan
selatan dan Sulawesi selatan pada era tahun 1960-an.
ù Taman bacaan anak
ù Kios cinderamata
ù Kantin
ù Gedung serbaguna (kapasitas 600 kursi)
Museum ini dibagi menjadi
7 ruangan,yaitu :
1)
Ruang utama
2)
Ruang kronologi
3)
Ruang pakaian TNI-AU
4)
Ruang Kasau dan Kotama
5)
Ruang alutsista
6)
Ruang Diorama
7)
Ruang minat dirgantara
µ Ruang utama
Dalam
ruang ini memamerkan replika pataka jajaran kotama TNI AU,patung empat pahlawan
Nasional TNI AU,Lambang Swa Bhuwana Paksa,foto kepala staf TNI AU,lukisan tokoh
penerima bintang swa bhuwana paksa,tanda-tanda kehormatan militer serta koleksi
tanda pangkat yang pernah digunakan prajurit TNI AU dari awal berdiri sampai
sekarang.
Patung kepala staf TNI-AU dalam
ruangan ini,antara lain :
Y
Agustinus Adisut jipto
yang berlambangkan merah putih,beliau
mengudara mengelilingi kota Yogyakarta pada tanggal 27 oktober 1945.
Beliau
mendirikan Sekolah Penerbangan di Yogyakarta,tepatnya di Lapangan Udara Maguuwo
yang kemudia diganti namanya menjadi Adisucipto untuk mengenang jasanya sebagai
pahlawan nasional.
Adisucipto
wafat saat dalam perjalanan pulang dari misi kemanusiaannya karena pesawat yang
ditumpanginya jatuh ditembak oleh dua pesawat P-40 Kittyhawk,Belanda.
Y
Prof.Dr.Abdulrachman Saleh
Beliau
dikenal sebagai Bapak fisiologi kedokteran Indonesia dan seorang tokoh Radio
Republik Indonesia serta seorang pahlawan Nasional. Beliau dikenal dengan nama
julukan ‘’Karbol’’.
Beliau
wafat bersama Agustinus Adisut Jipto saat melaksanakan misi kemanusiaannya.
Peristiwa itu di kenal sebagai Hari Bakti TNI AU sejak tahun 1962.
Y
Abdul Halim Perdana Kusuma
Beliau
wafat saat ditugasi membeli dan mengangkut perlengkapan senjata dengan pesawat
Anderson dari Thailand bersama Iswahjudi. Tidak diketahui penyebab jatuhnya
pesawat Anderson tapi diduga karna cuaca buruk. Pesawat jatuh di hutan dekat
kota lumut. Tim penyelamat hanya menemukan jasad Halim,sementara jasad
Iswahjudi dan senjata-senjata yang dibelinya tidak diketahui sampai sekarang.
Y
Iswahjudi
Makna swa bhuwana paksa
S Burung garuda
Memiliki sifat gagah dan berani
melambangkan TNI AU sebagai pangkalan kedaulatan negara.
S Perisai
Gambar peta Indonesia,jadi TNI AU
siap menjadi perisai negara.
S Lima anak panah,di cengkeraman kaki burung garuda
Bahwa TNI AU selalu siap siaga
melaksanakan tugas.
S Lidah api
Melambangkan semangat 45 yang
selalu menyala di dada prajurit TNI AU.
S Manggar
Melambangkan kemakmuran rakyat
Indonesia yang merdeka.
S Tulisan Swa Bhuwana Paksa
Artinya TNI AU adalah sayap tanah
air,pembela dan pelindung negara.
µ Ruang kronologi
Memamerkan koleksi berupa
¯
replika pesawat RI-X
¯ penggambaran sejarah perjuangan TNI AU
¯ dokumentasi sejarah industri kedirgantaraan
¯
benda-benda peninggalan Pasukan Garuda Mulya
¯ operasi militer
¯ operasi non militer
¯
benda peninggalan peristiwa 29 juli 1947
¯ foto dan benda peninggalan sejarah Garuda Indonesia Airways
¯ benda dan foto peninggalan sejarah Dina Kesehatan TNI AU
µ Ruang pakaian TNI-AU
Terdapat berbagai koleksi seragam
yang pernah digunakan TNI AU sejak tahun 1945 sampai sekarang.
µ Ruang Kasau dan Kotama
µ Ruang alutsista
A
Rudal
A Radar
A Senjata
A Mesin pesawat
A Caisson (ruang hampa udara)
µ Ruang Diorama
Dalam ruang ini berbagai
peristiwa bersejarah digambarkan melalui simulator,ada dua simulator pesawat
P-51 Mustang.
µ Ruang minat dirgantara
Terdapat foto dan lambang
skadron,koleksi pesawat starlite dan pesawat fisher,koleksi senjata,miniatur
pesawat,koleksi buku-buku terbitan TNI AU serta dilengkapi dengan ruang mini
theater yang berkapasitas 60 orang untuk memutar film-film sejarah dan dunia
kedirgantaraan.
Koleksi yang ada di luar
ÿ
Pesawat Tupolev TU-16 B KS
ÿ
UF 1 Albatros
ÿ
PBY-5A Catalina
ÿ
Pesawat A-4 skyhawk
ÿ
Pesawat OV-10 Bronco
ÿ
Helikopter super puma NAS
332
ÿ
Peluru kendali SA-75
BAB III
METODE PENGUMPULAN DATA
Sesuai dengan
sumber data maksud dan tujuan penyusunan laporan studi lingkungan ini maka dalam pengumpulan data menggunakan beberapa
metode sebagai berikut :
a. Studi
Kepustakaan
Suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara menggunakan dan
mempelajari buku-buku, internet, atau media lain yang ada hubungannya dengan
masalah studi
lingkungan ini.
b. Penelitian
Lapangan
Suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
meninjau dan mengamati secara
langsung.
1.
Interview
( Wawancara )
Metode pengumpulan data dengan
tanya jawab secara langsung.
2.
Literature
Metode pengumpulan
data yang dilakukan dengan memanfaatkan buku - buku referensi sebagai penunjang
dalam pengambilan teori dasar.
BAB IV
HASIL WAWANCARA DAN
OBSERVASI
MUSEUM
KERATON YOGYAKARTA
Kenapa mayoritas pohon yang ditanam di
keraton ini pohon sawo kecik?
Iya,memang
harus pohon sawo kecik karena pohon sawo kecik merupakan lambang dari kebaikan
(sarwa becik).
Apakah kemarin (selasa,18 agustus 2015)
ada acara pelantikan abdi dalem?
Iya betul,kemarin
memang ada pelantikan abdi dalem baru dan kenaikan pangkat untuk abdi dalem
lama. Untuk menjadi seorang abdi dalem harus benar benar mengetahui seluk beluk
keraton sehingga harus diadakan pelantikan dengan seleksi yang sangat ketat.
Kenapa
banyak sekali bangunan di keraton?
Karena disetiap acara
hampir ada bangunannya tersendiri,dan fungsi setiap bangunan berbeda-beda dan
memiliki abdi dalem tersendiri.
Kenapa
abdi dalem memakai jarik lurik?
Itu memang jarik
khusus untuk para abdi dalem,dan hanya para abdi dalem yang boleh memakainya.
MUSEUM
DIRGANTARA
Apa fungsi museum?
-
Membangun
kesadaran masyarakat
-
Menambah
pengetahuan
-
Meningkatkan
kesadaran sejarah
-
Media
pembelajaran
-
Pembentuk
ideologi bangsa
Apa arti swa bhuwana paksa?
Swa bhuwana
paksa berarti sayap tanah air.
Apa pangkat tertinggi dalam TNI-AU?
Pangkat
tertingginya bintang 4.
Apa arti Dirgantara Mandala?
Dirgantara
berarti keudaraan dam mandala artinya lingkup. Jadi Dirgantara Mandala artinya
lingkup keudaraan.
BAB V
PENUTUP
v KESIMPULAN
Keraton Yogyakarta didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I beberapa bulan pasca Perjanjian Giyanti pada tahun 1756. Lokasi keraton ini konon adalah
bekas sebuah pesanggarahan yang
bernama Garjitawati.
Pesanggrahan ini digunakan untuk istirahat iring-iringan jenazah raja-raja
Mataram (Kartasura dan Surakarta) yang akan dimakamkan di Imogiri.
Museum Sonobudoyo terdiri dari dua unit. Museum Sonobudoyo Unit I
terletak di Jalan Pangurakan No. 6 Yogyakarta, sedangkan Unit II terdapat di
nDalem Condrokiranan, Wijilan, di sebelah timur Alun-alun Utara Keraton
Yogyakarta.
Museum yang terletak di
bagian utara Alun-alon Lor dari kraton
Yogyakarta itu pada malam hari
juga menampilkan pertunjukkanwayang kulit dalam
bentuk penampilan aslinya (dengan menggunakan bahasa Jawa diiringi dengan musik
gamelan Jawa). Pertunjukan wayang kulit ini disajikan secara ringkas dari jam
08.00-10.00 malam pada hari kerja untuk para turis asing maupun turis domestik.
Museum Dirgantara
diresmikan pada tanggal 4 April 1969 oleh Panglima Udara Laksamana Udara Rusman
Nuryadin yang berkedudukan di Makowilu V Tanah Abang Bukit,Jakarta.
Pada tanggal 29 Juli 1978 dipindah ke
Yogyakarta karena yogyakarta merupakan tempat pendidikan,yogyakarta merupakan
tempat lahir dan pusat perjuangan TNI AU dan merupakan tempat penggodokan
Karbol AAU.
v SARAN
Sebaiknya
lebih di variasi lagi tempat wisatanya. Seperti di monumen perjuangan,makam
pahlawan dan tempat-tempat bersejarah lainnya. Keadaan bis sudah nyaman.
Panitia sudah cukup baik.
v DAFTAR PUSTAKA
ó Chamamah Soeratno et. al. (2004). Kraton Yogyakarta:the
history and cultural heritage (2nd print). Yogyakarta and Jakarta: Karaton
Ngayogyakarta Hadiningrat and Indonesia Marketing Associations. 979-96906-0-9.
ó Periplus Edition Singapore (1997). Periplus Adventure
Guide "Java Indonesia". Periplus Singapore.
ó R. Murdani Hadiatmadja (no year). Keterangan-keterangan
tentang Karaton Yogyakarta. Yogyakarta: Tepas Pariwisata
Karaton Ngayogyakarta.
ó van Beek, Aart (1990). Images of Asia:
"Life in the Javanese Kraton". Singapore: Oxford University Press. ISBN 979-497-123-5.
ó Acara budaya dengan judul Pocung dalam episode Wewangunan Karaton Ngayogyakarta
Hadiningrat disiarkan oleh
JogjaTV.
ó Dinas Pariwisata DIY
ó Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1993). Buku
Petunjuk Koleksi Museum Negeri Sonobudoyo Yogyakarta.
ó Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Bagian Proyek Pembinaan
Permuseuman Daerah Istimewa Yogyakarta.
ó Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (2001). Buku
Panduan Museum Negeri Sonobudoyo Yogyakarta. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Bagian Proyek Pembinaan Permuseuman Daerah Istimewa Yogyakarta.
ó Museum Sonobudoyo Yogyakarta (2001). Welcome to Museum
Negeri Sonobudoyo Yogyakarta. Museum Sonobudoyo Yogyakarta.
ó Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (2000). Koleksi
Emas Museum Negeri Sonobudoyo Yogyakarta. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Bagian Proyek Pembinaan Permuseuman Daerah Istimewa Yogyakarta.