Kamis, 27 Agustus 2015

LAPORAN WAJIB KUNJUNG MUSEUM

LAPORAN
WAJIB KUNJUNG MUSEUM

DISUSUN OLEH :
KELAS XI IPA 2
«  ALVERA SONGO SUNGA M                   (01)
«  DEAVY EKA PUTRI                                (05)
«  EGA AYU LESTARI                                        (08)
«  NOVELINA KRISTIN MARLIANA                (14)
«  NOVITA PUTRI PRANOLO                    (15)
«  SARI ISKADEWI                                   (21)

SMA N 1 CANGKRINGAN
BEDOYO,WUKIRSARI,CANGKRINGAN,SLEMAN
YOGYAKARTA

PENGESAHAN
LAPORAN WAJIB KUNJUNG MUSEUM
( tanggal 19 Agustus 2015 )
Penyusun :
-      Alvera Songo Sunga Malinviet
-      Deavy Eka Putri
-      Ega Ayu Lestari
-      Novelina Kristin Marliana
-      Novita Putri Pranolo
-      Sari Iskadewi

Kelas : XI IPA 2
Telah disetujui oleh guru pembimbing dan disahkan oleh kepala sekolah pada tanggal.........................................2014             

             Mengesahkan                                                Menyetujui
  Kepala SMA N 1 Cangkringan                                   Pembimbing


     Maryono,S.Pd.M.Pd                           Eka Mundiharta,S.Pd
NIP. 19681101 199203 1 003                    NIP. 19690303 200701 1 017
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah,kami persembahkan karya kecil kami ini untuk orang-orang yang kami sayangi :
- Ayah Ibu tercinta,motivator terbesar dalam hidup kami yang tidak pernah jemu mendo’akan dan menyayangi kami atas semua pengorbanan dan kesabaran sampai kini. Tak pernah cukup kami membalas cinta ayah dan ibu pada kami.
- Saudara-saudara kami  yang selalu memberi semangat dan mendukung kami.
- Guru pembimbing yang telah membantu dalam membuat laporan wajib kunjung museum ini.
- Kakak-kakak pemandu wisata dari Dinas Kebudayaan yang dengan senang hati memandu perjalanan kami.
- Sahabat-sahabat kami seperjuangan di SMA N 1 Cangkringan dan semua teman-teman yang tak mungkin kami sebutkan satu per satu.





KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadiran Tuhan Yang Maha  Pemurah dan Pengasih yang telah melimpahkan nikmat,karunia,dan hidayah-Nya sehingga Laporan Hasil Kunjung Museum ini dapat tersusun.
Laporan  Studi Wajib Kunjung Museum ini disusun untuk mendeskripsikan objek wisata atau museum yang telah kami kunjungi.
Kami sadar bahwa tanpa bantuan dari segenap pihak, Laporan Wajib Kunjung Museum ini tidak akan dapat terwujud. Oleh karena itu , melalui media ini kami sampaikan ucapan terimakasih kepada yth.

1.   Bapak Maryono,S.Pd.M.Pd selaku kepala SMA N 1 Cangkringan.
2.  Bapak Eka Mundiharta,S.Pd yang telah membimbing cara menyusun laporan ini dan memberi pengarahan kepada kami dan teman-teman.
3.  Ibu Isti Martini,S.Pd, Ibu Marsiyam,S.Pd, Ibu Isti Sumiyati,S.Pd, Bapak Drs.Miharso Budi Santoso, Ibu Dra.Sunarsi,Msi, Ibu Sumilah,S.Pd, Bapak Rahmad Budiyono,S.Pd, dan Ibu Y.Sri Nuharjanti,S.Pd.  yang telah menjadi pembimbing kami sewaktu di kunjungan museum sehingga kami dan teman-teman bertambah wawasan.
4.  Semua pihak yang telah memberi saran dan dorongan positif untuk kebaikan Laporan Wajib Kunjung Museum ini.
Kami hanya dapat berdo’a semoga amal baik Bapak dan Ibu akan mendapatkan balasan kebaikan yang melimpah dari Tuhan Yang Maha Esa,aamiiin.
          Kami sadar bahwa dalam penulisan Laporan Wajib Kunjung Museum ini tentunya banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, saran dan kritik dari semua pihak, akan kami terima dengan penuh keterbukaan dan senang hati demi sempurnanya Laporan Wajib Kunjung Museum ini.
          Akhir kata kami hanya dapat berharap Laporan Wajib Kunjung Muesum ini dapat berguna bagi semua pihak,aamiiin.

Terima Kasih.       
                                                                   Sleman, 19 Agustus 2015
                                                                                Penyusun
                                                                

                           


                            DAFTAR ISI

§  HALAMAN JUDUL...............................................................................................1
§  HALAMAN PENGESAHAN................................................................................2
§  HALAMAN PERSEMBAHAN.............................................................................3
§  KATA PENGANTAR.............................................................................................4
§  DAFTAR ISI.........................................................................................................6
BAB I      PENDAHULUAN
1.   Latar Belakang......................................................................................................8
2.  Anggota..................................................................................................................9
3.  Waktu.....................................................................................................................9
4.  Tempat yang dikunjungi....................................................................................10
5.  Tujuan Kegiatan Wajib Kunjung Museum.....................................................10
6.  Manfaat Kegiatan Wajib Kunjung Museum .................................................10

BAB II    KAJIAN  PUSTAKA
1.   Deskripsi Museum Keraton Yogyakarya........................................................12
2.  Deskripsi Museum Sasana Budaya................................................................32
3.  Deskripsi Museum Dirgantara........................................................................42

BAB III   METODE PENGUMPULAN DATA.............................................52

BAB IV    HASIL WAWANCARA DAN OBSERVASI   
1.   Museum Keraton Yogykarta...........................................................................53
2.   Museum Dirgantara........................................................................................54
BAB V         PENUTUP
1.   Kesimpulan...........................................................................................................55
2.  Saran....................................................................................................................56
3.  Daftar Pustaka...................................................................................................56














BAB I
PENDAHULUAN
v  Latar Belakang
              Seiring berjalannya waktu dengan perkembangan zaman yang penuh dengan teknologi ini,semakin menutup mata para pelajar akan sejarah dan budaya sekitarnya. Jika dibiarkan,para pelajar lama kelamaan tak akan mengenal lagi budaya dan sejarah lingkungannya. Maka dari itulah yang menjadi salah satu alasan diadakannya Wajib Kunjung Museum (WKM) yang diadakan oleh Dinas Kebudayaan untuk mengenalkan kembali kebudayaan dan sejarah kepada para pelajar yang akan menjadi generasi penerus bangsa ini.                   Wajib Kunjung Museum (WKM) ini merupakan suatu agenda wajib yang harus diselenggarakan semua sekolah di Indonesia. Sekolah kami tahun ini memilih Museum Keraton Yogyakarta,Museum Sasana Budaya dan Museum Dirgantara untuk tempat Wajib Kunjung Museum (WKM). Latar belakang dipilihnya tempat-tempat tersebut sebagai Wajib Kunjung Museum (WKM) :
1)    Sebagai media pengenalan budaya
2)   Tuntutan WKM untuk mengunjungi museum lintas kabupaten
3)   Berdasarkan kandungan budaya dan ilmunya
4)   Berdasarkan daya tarik wisata
5)   Berdasarkan keunikan tempat wisata
              Kaitannya dengan Wajib Kunjung Museum (WKM) ini kami para siswa ditugasi untuk membuat laporan dalam bentuk karya tulis mengenai objek-objek wisata yang telah kami kunjungi.

v  Anggota
              Wajib Kunjung Museum (WKM) ini diikuti oleh 90 siswa siswi kelas XI IPA & IPS SMA N 1 Cangkringan. Dan didampingi oleh 10 guru pendamping dengan satu pemandu wisata disetiap bus.

v  Waktu
a)    Hari,Tanggal                   : Rabu,19 Agustus 2015
b)   Waktu keberangkatan    : Jam 09.00 WIB
c)    Waktu kedatangan                   : Jam 16.00 WIB
NO.
WAKTU
KEGIATAN
1
08.30 - 09.00
Persiapan pemberangkatan
2
09.00 – 10.00
Perjalanan menuju ke Museum Keraton Yogyakarta
3
10.00 - 11.00
Kunjungan ke Museum keraton Yogyakarta
4
11.00 – 12.00
Kunjungan Ke Museum Sasana Budaya
5
12.00 – 13.00
Perjalanan menuju ke Museum Dirgantara
6
13.00 – 14.00
Istirahat , sholat dan makan di Museum Dirgantara
7
14.00 – 15.00
Kunjungan Museum Dirgantara
8
15.00 – 16.00
Menuju sekolah

v  Tempat Yang Dikunjungi
1.   Museum Keraton Yogyakarta
2.  Museum Sasana Budaya
3.  Museum Dirgantara

v  Tujuan Kegiatan Wajib Kunjung Museum
« Memperluas wawasan para siswa
« Menambah pengetahuan dan pengalaman baru
« Mengapresiasikan diri
« Mengenalkan budaya sekitar
« Menumbuhkan daya tarik siswa terhadap museum
« Menumbuhkan rasa cinta tanah air
« Belajar bersosialisasi dengan warga asing
« Belajar sopan santun dan tata krama dengan orang lain
« Membudayakan siswa untuk selalu senyum dan sapa

v  Manfaat Wajib Kunjung Museum
·      Memperkaya informsi factual yang tercantum dalam buku
·      Membuat teks dalam buku menjadi berarti
·      Mengembangkan rasa ingin tau
·      Mengembangkan pengalaman melalui hubungan antar siswa dengan pemandu wisata
·      Mempererat keakraban dengan teman
·      Melatih kerjasama
·      Memberikan suasana relaksasi



















BAB II
KAJIAN PUSTAKA

MUSEUM KERATON YOGYAKARTA


Keraton Yogyakarta didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I beberapa bulan pasca Perjanjian Giyanti pada tahun 1756. Lokasi keraton ini konon adalah bekas sebuah pesanggarahan yang bernama Garjitawati. Pesanggrahan ini digunakan untuk istirahat iring-iringan jenazah raja-raja Mataram (Kartasura dan Surakarta) yang akan dimakamkan di Imogiri.
Versi lain menyebutkan lokasi keraton merupakan sebuah mata air, Umbul Pacethokan, yang ada di tengah hutan Beringan. Sebelum menempati Keraton Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono I berdiam di Pesanggrahan Ambar Ketawang  yang sekarang termasuk wilayah Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman.


Keraton Yogyakarta ini memiliki beberapa museum yang antara lain :
-    Museum Batik
-    Museum Lukisan
-    Museum Sri Sultan Hamengku Buwono IX   à
-    Museum Kereta

          Secara fisik istana para Sultan Yogyakarta memiliki tujuh kompleks inti antara lain :
-     Siti Hinggil Ler (Balairung Utara)
-    Kamandhungan Ler (Kamandhungan Utara)
-    Sri Manganti, Kedhaton   à       à       à
-    Kamagangan
-    Kamandhungan Kidul (Kamandhungan Selatan)
-    Siti Hinggil Kidul (Balairung Selatan).

          Keraton Yogyakarta juga memiliki bagian lain yang antara lain :
-    Kompleks Taman Sari
-    Kompleks Istana Putra Mahkota
-    Kompleks Pracimosono
-    Kompleks Roto Wijayan
-    Kompleks Keraton Kilen

          Disekeliling keraton dan didalamnya terdapat sistem pertahanan yang terdiri dari tembok atau dinding Cepuri dan Baluwerti. Diluar dinding tersebut ada beberapa bangunan yang terkait dengan keraton antara lain Tugu Pal Putih,Gedhong Krapyak,Dalem Kepatihan (Istana Perdana Menteri) dan Pasar Beringharjo.
           Selain itu Keraton Yogyakarta memiliki berbagai warisan budaya baik yang berbentuk upacara maupun benda-benda kuno dan bersejarah. Hampir diseluruh bagian keraton digunakan sebagai tempat menyimpan benda-benda bernilai budaya dan termasuk replikanya. Selain benda-benda dan arsitektur,pengunjung juga dapat melihat pertunjukan seperti macapat,kerawitan,wayang kulit,serta wayang orang yang dipentaskan di bangsal Sri Manganti.
          Pertunjukan yang diadakan setiap hari dengan jadwal sebagai berikut :
·          Senin – Selasa : Music Gamelan Dimulai jam 10.00 WIB
·         Rabu : Wayang Golek Menak Dimulai jam 10.00 WIB
·         Kamis : Pertunjukan Tari Dimulai jam 10.00 WIB
·         Jumat : Macapat Dimulai jam 09.00 WIB
·         Sabtu : Wayang Kulit Dimulai jam 09.30 WIB
·         Minggu : Wayang Orang & Pertunjukan Tari Dimulai jam 09.30 WIB

          Dari segi bangunannya,keraton ini merupakan salah satu contoh arsitektur istana Jawa yang terbaik karena memiliki balairung-balairung mewah serta lapangan paviliun yang luas. Kepala arsitek istana ini adalah Sultan Hamengku Buwono I dan kemudian di bugar dan direstorasi oleh Sultan Hamengku Buwana VII.
          Di sisi lain, Keraton Yogyakarta juga merupakan suatu lembaga adat lengkap dengan pemangku adatnya. Oleh karenanya tidaklah mengherankan jika nilai-nilai filosofi begitu pula mitologi menyelubungi Keraton Yogyakarta. Dan untuk itulah pada tahun 1995 Komplek Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dicalonkan untuk menjadi salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO.
          Museum ini dibuka untuk umum setiap hari kecuali pada saat terdapat upacara. Museum buka mulai jam 08.30 hingga 14.00 wib, kecuali hari Jumat yang buka hingga pukul 13.00 wib.
          Kompleks utama keraton terdiri dari halaman yang ditutupi pasir dari pantai selatan,bagunan utama serta pendamping dan ditanami pohon sawo kecik yang melambangkan kebaikan (sarwa becik). Komplek satu dengan yang lain dipisahkan dengan tembok yang cukup tinggi dan terhubung dengan Regol yang biasanya bergaya semar tinandu. Daun pintu terbuat dari kayu jati tebal. Disetiap gerbang terdapat dinding penyekat yang memiliki ornamen-ornamen khas.
          Bangunan di tiap kompleks biasanya berbentuk/berkonstruksi Joglo atau derivasi/turunan konstruksinya. Joglo terbuka tanpa dinding disebut dengan Bangsal sedangkan joglo tertutup dinding dinamakan Gedhong (gedung). Selain itu ada bangunan yang berupa kanopi beratap bambu dan bertiang bambu yang disebut Tratag. Pada perkembangannya bangunan ini beratap seng dan bertiang besi.
            Tiap-tiap bangunan memiliki kelas tergantung pada fungsinya termasuk kedekatannya dengan jabatan penggunanya. Kelas utama misalnya, bangunan yang dipergunakan oleh Sultan dalam kapasitas jabatannya, memiliki detail ornamen yang lebih rumit dan indah dibandingkan dengan kelas dibawahnya. Semakin rendah kelas bangunan maka ornamen semakin sederhana bahkan tidak memiliki ornamen sama sekali. Selain ornamen, kelas bangunan juga dapat dilihat dari bahan serta bentuk bagian atau keseluruhan dari bangunan itu sendiri.
          Untuk batu alas tiang, Ompak, berwarna hitam dipadu dengan ornamen berwarna emas. Warna putih mendominasi dinding bangunan maupun dinding pemisah kompleks. Lantai biasanya terbuat dari batu pualam putih atau dari ubin bermotif. Lantai dibuat lebih tinggi dari halaman berpasir. Pada bangunan tertentu memiliki lantai utama yang lebih tinggi. Pada bangunan tertentu dilengkapi dengan batu persegi yang disebut Selo Gilang tempat menempatkan singgasana Sultan.
          Gerbang utama untuk masuk ke dalam kompleks Keraton Yogyakarta dari arah utara adalah Gapura Gladhag dan Gapura Pangurakan yang terletak persis beberapa meter di sebelah selatannya. Kedua gerbang ini tampak seperti pertahanan yang berlapis. Pada zamannya konon Pangurakan merupakan tempat penyerahan suatu daftar jaga atau tempat pengusiran dari kota bagi mereka yang mendapat hukuman pengasingan/pembuangan.
          Versi lain mengatakan ada tiga gerbang yaitu Gapura Gladhag, Gapura Pangurakan nJawi, dan Gapura Pangurakan Lebet. Gapura Gladhag dahulu terdapat di ujung utara Jalan Trikora (Kantor Pos Besar Yogyakarta dan Bank BNI 46) namun sekarang ini sudah tidak ada. Di sebelah selatannya adalah Gapura Pangurakan nJawi yang sekarang masih berdiri dan menjadi gerbang pertama jika masuk Keraton dari utara. Di selatan Gapura Pangurakan nJawi terdapat Plataran/lapangan Pangurakan yang sekarang sudah menjadi bagian dari Jalan Trikora. Batas sebelah selatannya adalah Gapura Pangurakan Lebet yang juga masih berdiri. Selepas dari Gapura Pangurakan terdapat Kompleks Alun-alun Ler.
          Alun-alun Lor adalah sebuah lapangan berumput di bagian utara Keraton Yogyakarta. Dahulu tanah lapang yang berbentuk persegi ini dikelilingi oleh dinding pagar yang cukup tinggi. Sekarang dinding ini tidak terlihat lagi kecuali di sisi timur bagian selatan. Saat ini alun-alun dipersempit dan hanya bagian tengahnya saja yang tampak. Di bagian pinggir sudah dibuat jalan beraspal yang dibuka untuk umum.
          Di pinggir Alun-alun ditanami deretan pohon Beringin (Ficus benjamina; famili Moraceae) dan di tengah-tengahnya terdapat sepasang pohon beringin yang diberi pagar yang disebut dengan Waringin Sengkeran/Ringin Kurung (beringin yang dipagari). Kedua pohon ini diberi nama Kyai Dewadaru dan Kyai Janadaru. Pada zamannya selain Sultan hanyalah Pepatih Dalem yang boleh melewati/berjalan di antara kedua pohon beringin yang dipagari ini. Tempat ini pula yang dijadikan arena rakyat duduk untuk melakukan "Tapa Pepe" saat Pisowanan Ageng sebagai bentuk keberatan atas kebijakan pemerintah. Pegawai /abdi-Dalem Kori akan menemui mereka untuk mendengarkan segala keluh kesah kemudian disampaikan kepada Sultan yang sedang duduk di Siti Hinggil.
          Di sela-sela pohon beringin di pinggir sisi utara, timur, dan barat terdapat pendopo kecil yang disebut dengan Pekapalan, tempat transit dan menginap para Bupati dari daerah Mancanegara Kesultanan. Bangunan ini sekarang sudah banyak yang berubah fungsi dan sebagian sudah lenyap. Dahulu dibagian selatan terdapat bangunan yang sekarang menjadi kompleks yang terpisah, Pagelaran.
          Pada zaman dahulu Alun-alun Lor digunakan sebagai tempat penyelenggaraan acara dan upacara kerajaan yang melibatkan rakyat banyak. Di antaranya adalah upacara garebeg serta sekaten, acara watangan serta rampogan macan, pisowanan ageng, dan sebagainya. Sekarang tempat ini sering digunakan untuk berbagai acara yang juga melibatkan masyarakat seperti konser-konser musik, kampanye, rapat akbar, tempat penyelenggaraan ibadah hari raya Islam sampai juga digunakan untuk sepak bola warga sekitar dan tempat parkir kendaraan.
          Bangunan utama adalah Bangsal Pagelaran yang dahulu dikenal dengan nama Tratag Rambat. Pada zamannya Pagelaran merupakan tempat para punggawa kesultanan menghadap Sultan pada upacara resmi. Sekarang sering digunakan untuk even-even pariwisata, religi, dan lain-lain disamping untuk upacara adat keraton.
          Sepasang Bangsal Pemandengan terletak di sisi jauh sebelah timur dan barat Pagelaran. Dahulu tempat ini digunakan oleh Sultan untuk menyaksikan latihan perang di Alun-alun Lor.
          Sepasang Bangsal Pasewakan/Pengapit terletak tepat di sisi luar sayap timur dan barat Pagelaran. Dahulu digunakan para panglima Kesultanan menerima perintah dari Sultan atau menunggu giliran melapor kepada dia kemudian juga digunakan sebagai tempat jaga Bupati Anom Jaba. Sekarang digunakan untuk kepentingan pariwisata (semacam diorama yang menggambarkan prosesi adat, prajurit keraton dan lainnya). 
          Bangsal Pengrawit yang terletak di dalam sayap timur bagian selatan Tratag Pagelaran dahulu digunakan oleh Sultan untuk melantik Pepatih Dalem. Saat ini di sisi selatan kompleks ini dihiasi dengan relief perjuangan Sultan HB Idan Sultan HB IX. Kompleks Pagelaran ini pernah digunakan oleh Universitas Gadjah Mada sebelum memiliki kampus di Bulak Sumur.

    Pintu Gerbang Donopratopo                                Bangsal Kencono
         

Ukiran kepala kala di Bangsal Manis
          Keputren merupakan tempat tinggal Permaisuri dan Selir raja. Di tempat yang memiliki tempat khusus untuk beribadat pada zamannya tinggal para puteri raja yang belum menikah. Tempat ini merupakan kawasan tertutup sejak pertama kali didirikan hingga sekarang. Kesatriyan pada zamannya digunakan sebagai tempat tinggal para putera raja yang belum menikah. Bangunan utamanya adalah Pendapa Kesatriyan, Gedhong Pringgandani, dan Gedhong Srikaton. Bagian Kesatriyan ini sekarang dipergunakan sebagai tempat penyelenggaraan even pariwisata. Di antara Plataran Kedhaton dan Kesatriyan dahulu merupakan istal kuda yang dikendarai oleh Sultan.
          Alun-alun Kidul (Selatan) adalah alun-alun di bagian Selatan Keraton Yogyakarta. Alun-alun Kidul sering pula disebut sebagai Pengkeran. Pengkeran berasal dari kata pengker (bentuk krama) dari mburi (belakang). Hal tersebut sesuai dengan keletakan alun-alun Kidul yang memang terletak di belakang keraton. Alun-alun ini dikelilingi oleh tembok persegi yang memiliki lima gapura, satu buah di sisi selatan serta di sisi timur dan barat masing-masing dua buah.
          Di antara gapura utara dan selatan di sisi barat terdapatngGajahan sebuah kandang guna memelihara gajah milik Sultan. Di sekeliling alun-alun ditanami pohon mangga (Mangifera indica; famili Anacardiaceae), pakel (Mangifera sp; famili Anacardiaceae), dan kuini (Mangifera odoranta; famili Anacardiaceae). Pohon beringin hanya terdapat dua pasang. Sepasang di tengah alun-alun yang dinamakan Supit Urang (harfiah=capit udang) dan sepasang lagi di kanan-kiri gapura sisi selatan yang dinamakan Wok(dari kata bewok, harfiaf=jenggot). Dari gapura sisi selatan terdapat jalanGading yang menghubungkan dengan Plengkung Nirbaya.
          Plengkung Nirbaya merupakan ujung selatan poros utama keraton. Dari tempat ini Sultan HB I masuk ke Keraton Yogyakarta pada saat perpindahan pusat pemerintahan dariKedhaton Ambar Ketawang]. Gerbang ini secara tradisi digunakan sebagai rute keluar untuk prosesi panjang pemakaman Sultan ke Imogiri. Untuk alasan inilah tempat ini kemudian menjadi tertutup bagi Sultan yang sedang bertahta.
          Setiap pelataran tesebut dihubungkan oleh benteng yang kuat dan dihubungkan oleh gerbang.. Gerbang tersebut jumlahnya ada sembilan, sembilan pelataran terdapat 9 pintu gerbang.
1.     Gerbang Pangurakan
2.    Gerbang Brajanala
3.    Gerbang Srimanganti
4.    Gerbang Danapratapa
5.    Gerbang Kemangangan
6.    Gerbang Gadung Mlathi
7.    Gerbang Kemandhungan
8.    Gerbang Gading
9.    Gerbang Tarub Agung

       Kompleks Pracimosono merupakan bagian keraton yang diperuntukkan bagi para prajurit keraton. Sebelum bertugas dalam upacara adat para prajurit keraton tersebut mempersiapkan diri di tempat ini. Kompleks yang tertutup untuk umum ini terletak di sebelah barat Pagelaran dan Siti Hinggil Lor.
       Kompleks Roto Wijayan merupakan bagian keraton untuk menyimpan dan memelihara kereta kuda. Tempat ini mungkin dapat disebut sebagai garasi istana. Sekarang kompleks Roto Wijayan menjadi Museum Kereta Keraton. Di kompleks ini masih disimpan berbagai kereta kerajaan yang dahulu digunakan sebagai kendaraan resmi. Beberapa diantaranya ialah KNy Jimat, KK Garuda Yaksa, dan Kyai Rata Pralaya. Tempat ini dapat dikunjungi oleh wisatawan.
          Kompleks Tamanan merupakan kompleks taman yang berada di barat laut kompleks Kedhaton tempat dimana keluarga kerajaan dan tamu kerajaan berjalan-jalan. Kompleks ini tertutup untuk umum. 
          Kompleks Panepen merupakan sebuah masjid yang digunakan oleh Sultan dan keluarga kerajaan sebagai tempat melaksanakan ibadah sehari-hari dan tempat Nenepi (sejenis meditasi). Tempat ini juga dipergunakan sebagai tempat akad nikah bagi keluarga Sultan. Lokasi ini tertutup untuk umum. 
          Kompleks Kraton Kilen dibangun semasa Sultan HB VII. Lokasi yang berada di sebelah barat Keputren menjadi tempat kediaman resmi Sultan HB X dan keluarganya. Lokasi ini tertutup untuk umum.
          Kompleks Taman Sari merupakan peninggalan Sultan HB I. Taman Sari (Fragrant Garden) berarti taman yang indah, yang pada zaman dahulu merupakan tempat rekreasi bagi sultan beserta kerabat istana. Di kompleks ini terdapat tempat yang masih dianggap sakral di lingkungan Taman Sari, yakni Pasareyan Ledoksari tempat peraduan dan tempat pribadi Sultan. Bangunan yang menarik adalah Sumur Gumuling yang berupa bangunan bertingkat dua dengan lantai bagian bawahnya terletak di bawah tanah.
          Di masa lampau, bangunan ini merupakan semacam surau tempat sultan melakukan ibadah. Bagian ini dapat dicapai melalui lorong bawah tanah. Di bagian lain masih banyak lorong bawah tanah yang lain, yang merupakan jalan rahasia, dan dipersiapkan sebagai jalan penyelamat bila sewaktu-waktu kompleks ini mendapat serangan musuh. Sekarang kompleks Taman Sari hanya tersisa sedikit saja.
          Tugu golong gilig atau tugu pal putih (white pole) merupakan penanda batas utara kota tua Yogyakarta. Semula bangunan ini berbentuk seperti tongkat bulat (gilig) dengan sebuah bola (golong) diatasnya. Bangunan ini mengingatkan pada Washington Monument di Washington DC. Pada tahun 1867 bangunan ini rusak (patah) karena gempa bumi yang juga merusakkan situs Taman Sari. Pada masa pemerintahan Sultan HB VII bangunan ini didirikan kembali. Namun sayangnya dengan bentuk berbeda seperti yang dapat disaksikan sekarang (Januari 2008). Ketinggiannya pun dikurangi dan hanya sepertiga tinggi bangunan aslinya. Lama-kelamaan nama tugu golong gilig dan tugu pal putih semakin dilupakan seiring penyebutan bangunan ini sebagai Tugu Yogyakarta.
            Pasar Bering Harjo merupakan salah satu pusat ekonomi Kesultanan Yogyakarta pada zamannya. Berlokasi di sisi timur jalan Jend. A Yani, pasar Bering Harjo sampai saat ini menjadi salah satu pasar induk di Yogyakarta. Sekarang pasar ini jauh berbeda dengan aslinya. Bangunannya yang megah terdiri dari tiga lantai dan dibagi dalam dua sektor barat dan timur yang dibatasi oleh jalan kecil. Namun demikian pasar yang berada tepat di utara benteng vredeburg ini tetap menjadi sebuah pasar tradisional yang merakyat.
          Selain memiliki kemegahan bangunan Keraton Yogyakarta juga memiliki suatu warisan budaya yang tak ternilai. Diantarannya adalah upacara-upacara adat, tari-tarian sakral, musik, dan pusaka (heirloom). Upacara adat yang terkenal adalah upacara Tumplak Wajik, Garebeg, upacara Sekaten dan upacara Siraman Pusaka dan Labuhan. Upacara yang berasal dari zaman kerajaan ini hingga sekarang terus dilaksanakan dan merupakan warisan budaya Indonesia yang harus dilindungi dari klaim pihak asing.
          Upacara tumplak wajik adalah upacara pembuatan Wajik (makanan khas yang terbuat dari beras ketan dengan gula kelapa) untuk mengawali pembuatan pareden yang digunakan dalam upacara Garebeg. Upacara ini hanya dilakukan untuk membuat pareden estri pada Garebeg Mulud dan Garebeg Besar. Dalam upacara yang dihadiri oleh pembesar Keraton ini di lengkapi dengan sesajian. Selain itu upacara yang diselenggarakan dua hari sebelum garebeg juga diiringi dengan musik ansambel lesung-alu (alat penumbuk padi), kenthongan, dan alat musik kayu lainnya. Setelah upacara selesai dilanjutkan dengan pembuatan pareden.
         
          Upacara Garebeg diselenggarakan tiga kali dalam satu tahun kalender/penanggalan Jawa yaitu pada tanggal dua belas bulan Mulud (bulan ke-3), tanggal satu bulan Sawal (bulan ke-10) dan tanggal sepuluh bulan Besar (bulan ke-12). Pada hari-hari tersebut Sultan berkenan mengeluarkan sedekahnya kepada rakyat sebagai perwujudan rasa syukur kepada Tuhan atas kemakmuran kerajaan. Sedekah ini, yang disebut dengan Hajad Dalem, berupa pareden/gunungan yang terdiri dari Pareden Kakung, Pareden Estri,Pareden Pawohan, Pareden Gepak, dan Pareden Dharat, serta Pareden Kutug/Bromo yang hanya dikeluarkan 8 tahun sekali pada saat Garebeg Mulud tahun Dal.
          Sekaten merupakan sebuah upacara kerajaan yang dilaksanakan selama tujuh hari. Konon asal usul upacara ini sejak kerajaan Demak. Upacara ini sebenarnya merupakan sebuah perayaan hari kelahiran Nabi Muhammad. Menurut cerita rakyat kata Sekaten berasal dari istilah credo dalam agama Islam, Syahadatain. Sekaten dimulai dengan keluarnya dua perangkat Gamelan Sekati, KK Guntur Madu dan KK Nagawilaga, dari keraton untuk ditempatkan di Pagongan Selatan dan Utara di depan Mesjid Gedhe. Selama tujuh hari, mulai hari ke-6 sampai ke-11 bulan Mulud, kedua perangkat gamelan tersebut dimainkan/dibunyikan (jw: ditabuh) secara bergantian menandai perayaan sekaten.
            Siraman/Jamasan Pusaka adalah upacara yang dilakukan dalam rangka membersihkan maupun merawat Pusaka Kerajaan (Royal Heirlooms) yang dimiliki. Upacara ini di selenggarakan di empat tempat. Lokasi pertama adalah di Kompleks Kedhaton (nDalem Ageng Prabayaksa dan bangsal Manis). Upacara di lokasi ini 'tertutup untuk umum dan hanya diikuti oleh keluarga kerajaan.
         
          Labuhan adalah upacara sedekah yang dilakukan setidaknya di dua tempat yaitu Pantai Parang Kusumo dan Lereng Gunung Merapi. Di kedua tempat itu benda-benda milik Sultan seperti nyamping (kain batik), rasukan (pakaian) dan sebagainya di-larung (harfiah=dihanyutkan). Upacara Labuhan di lereng Gunung Merapi (Kabupaten Sleman) dipimpin oleh Juru Kunci Gunung Merapi (sekarang Januari 2008 dijabat oleh Mas Ngabehi Suraksa Harga atau yang lebih dikenal dengan Mbah Marijan) sedangkan di Pantai Parang Kusumo Kabupaten Bantul dipimpin oleh Juru Kunci Cepuri Parang Kusumo. Benda-benda tersebut kemudian diperebutkan oleh masyarakat. tertutup untuk umum dan hanya diikuti oleh keluarga kerajaan.
          Labuhan adalah upacara sedekah yang dilakukan setidaknya di dua tempat yaitu Pantai Parang Kusumo dan Lereng Gunung Merapi. Di kedua tempat itu benda-benda milik Sultan seperti nyamping (kain batik), rasukan (pakaian) dan sebagainya di-larung (harfiah=dihanyutkan). Upacara Labuhan di lereng Gunung Merapi (Kabupaten Sleman) dipimpin oleh Juru Kunci Gunung Merapi (sebagaimana pernah dijabat Mas Ngabehi Suraksa Harga atau lebih dikenal dengan nama Mbah Marijan) sedangkan di Pantai Parang Kusumo Kabupaten Bantul dipimpin oleh Juru Kunci Cepuri Parang Kusumo. Benda-benda tersebut kemudian diperebutkan oleh masyarakat.
          Wujud benda pusaka di Keraton Yogyakarta bermacam-macam. Benda-benda tersebut dapat dikelompokkan menjadi:
(1) Senjata tajam
(2) Bendera dan Panji kebesaran
(3) Perlengkapan Kebesaran
(4) Alat-alat musik
(5) Alat-alat transportasi
(6) Manuskrip, babad (kronik) berbagai karya tulis lain
(7) Perlengkapan sehari-hari
(8) Lain-lain

Pusaka dalam bentuk senjata tajam dapat berupa  :
-    tombak (KK Gadatapan dan KK Gadawedana, pendamping KKA Pleret)
-    keris (KKA Kopek) à         à      à           à
-    Wedhung (KK Pengarab-arab, untuk eksekusi mati narapidana dengan pemenggalan kepala)
-    pedang (KK Mangunoneng, pedang yang digunakan untuk memenggal seorang pemberontak,Tumenggung Mangunoneng).

Pusaka dalam bentuk bendera/panji :
-    KK Pujo 
-    KK Puji

Pusaka yang digunakan sebagai perlengkapan kebesaran terdiri dari :
-    satu set regalia kerajaan  yang disebutKK Upocoro 
-    satu set lambang kebesaran Sultan yang disebut KK Ampilan serta perlengkapan baju kebesaran (mahkota, sumping [hiasan telinga]
-    baju kebesaran, akik [cicin dengan mata dari batu mulia] dan lain sebagainya).

Pusaka dalam kelompok alat-alat musik dapat berupa :
-    set gamelan (misal KK Kancil Belik)
-    alat musik tersendiri (misal cymbal KK Udan Arum dan KK Tundhung Mungsuh).

Pusaka dalam golongan alat-alat transportasi dapat berupa :
-    kereta kuda pernah digunakan oleh Sultan HB I, 
-    KK Tandu Lawak
-    pelana kuda yang disebut KK Cekathak

Benda pusaka dalam kelompok Manuskrip antara lain :
-    KK Suryaraja (buku matahari raja-raja) yang dikarang oleh Sultan HB II semasa dia masih menjadi putra mahkota
-    KK Alquran yang berupa manuskrip kitab suci Alquran
-    KK Bharatayudha yang berupa ceritera wayang.

Pusaka dalam bentuk perlengkapan sehari-hari :
-    Ny Mrico, sebuah periuk yang hanya digunakan untuk menanak nasi saat upacara Garebeg Mulud tahun Dal (terjadi hanya delapan tahun sekali).


Pusaka kelompok lain-lain :
-    wayang kulit tokoh tertentu (misalnya KK Jayaningrum [tokoh Arjuna]
-    KK Jimat [tokoh Yudhistira]
-    KK Wahyu Kusumo [tokoh Batara Guru])
-    tembikar (misalnya K Danumurti sebuah enceh/kong (guci tembikar), yang konon berasal dari Aceh, yang juga terdapat di pemakaman Imogiri)

          Regalia merupakan pusaka yang menyimbolkan karakter Sultan Yogyakarta dalam memimpin negara berikut rakyatnya. Regalia yang dimiliki oleh terdiri dari berbagai benda yang memiliki makna tersendiri yang kesemuanya secara bersama-sama disebut KK Upocoro. Macam benda dan dan maknanya sebagai berikut:
1.    Banyak (berwujud angsa) menyimbolkan kelurusan, kejujuran, serta kesiap siagaan serta ketajaman;
2.   Dhalang (berwujud kijang) menyimbolkan kecerdasan dan ketangkasan;
3.   Sawung (berwujud ayam jantan) menyimbolkan kejantanan dan rasa tanggung jawab;
4.   Galing (berwujud burung merak jantan) menyimbolkan kemuliaan, keagungan, dan keindahan;
5.   Hardawalika (berwujud raja ular naga) menyimbolkan kekuatan;
6.   Kutuk (berwujud kotak uang) menyimbolkan kemurahan hati dan kedermawanan;
7.   Kacu Mas (berwujud tempat saputangan emas) menyimbolkan kesucian dan kemurnian;
8.   Kandhil (berwujud lentera minyak) menyimbolkan penerangan dan pencerahan; dan
9.   Cepuri (berwujud nampan sirih pinang), Wadhah Ses (berwujud kotak rokok), dan Kecohan (berwujud tempat meludah sirih pinang) menyimbolkan proses membuat keputusan/kebijakan negara.
          KK Upocoro selalu ditempatkan di belakang Sultan saat upacara resmi kenegaraan (state ceremony) dilangsungkan. Pusaka ini dibawa oleh sekelompok gadis remaja yang disebut dengan abdi-Dalem Manggung.
          KK Ampilan sebenarnya merupakan satu set benda-benda penanda martabat Sultan. Benda-benda tersebut antara lain :
-    Dampar Kencana (singgasana emas)
-    Pancadan/Amparan (tempat tumpuan kaki Sultan di muka singgasana)
-    Dampar Cepuri (untuk meletakkan seperangkat sirih pinang di sebelah kanan singgasana Sultan)
-    Panah (anak panah)
-    Gendhewa (busur panah);
-    Pedang 
-    Tameng (perisai)
-    Elar Badhak (kipas dari bulu merak)
-    KK Alquran (manuskrip Kitab Suci tulisan tangan) 
-    Sajadah(karpet/tikar ibadah)
-    Songsong (payung kebesaran)
-    Tombak.
          KK Ampilan ini selalu berada di sekitar Sultan saat upacara resmi kerajaan (royal ceremony) diselenggarakan. Berbeda dengan KK Upocoro, pusaka KK Ampilan dibawa oleh sekelompok ibu-ibu/nenek-nenek yang sudah menopause.
          Namun demikian ada perbedaan antara Keraton Yogyakarta dengan Keraton/Istana kerajaan-kerajaan Nusantara yang lain. Sultan Yogyakarta selain sebagai Yang Dipertuan Pemangku Tahta Adat /Kepala Keraton juga memiliki kedudukan yang khusus dalam bidang pemerintahan sebagai bentuk keistimewaan daerah Yogyakarta. Dari permulaan DIY berdiri (de facto 1946 dan de yure 1950) sampai tahun 1988 Sultan Yogyakarta secara otomatis diangkat sebagai Gubernur/Kepala Daerah Istimewa yang tidak terikat dengan ketentuan masa jabatan, syarat, dan cara pengangkatan Gubernur/Kepala Daerah lainnya (UU 22/1948; UU 1/1957; Pen Pres 6/1959; UU 18/1965; UU 5/1974). Antara 1988-1998 Gubernur/Kepala Daerah Istimewa dijabat oleh Wakil Gubernur/Wakil Kepala Daerah Istimewa yang juga Penguasa Paku Alaman.
          Setelah 1999 keturunan Sultan Yogyakarta tersebut yang memenuhi syarat mendapat prioritas untuk diangkat menjadi Gubernur/Kepala Daerah Istimewa (UU 22/1999; UU 32/2004). Saat ini yang menjadi Yang Dipertuan Pemangku Tahta adalah Sultan Hamengku Buwono X.

Berikut ini parra Sultan yang pernah menjadi raja di keraton Yogyakarta :
1.     Sri Sultan Hamengku Buwono I ( 1755-1792 )
2.    Sri Sultan Hamengku Buwono II ( 1792-1810 )
3.    Sri Sultan Hamengku Buwono III ( 1810-1813 )
4.    Sri Sultan Hamengku Buwono IV ( 1814-1822 )
5.    Sri Sultan Hamengku Buwono V ( 1822-1855 )
6.    Sri Sultan Hamengku Buwono VI ( 1855-1877 )
7.    Sri Sultan Hamengku Buwono VII ( 1877-1921 )
8.    Sri Sultan Hamengku Buwono VIII ( 1921-1939 )
9.    Sri Sultan Hamengku Buwono IX ( 1939-1988 )
10. Sri Sultan Hamengku Buwono X ( 1988- sekarang )

         

















MUSEUM SASANA BUDAYA
    
            Sejarah dan kebudayaan Jawa, termasuk bangunan arsitektur klasik Jawa. Museum ini menyimpan koleksi mengenai budaya dan sejarah Jawa yang dianggap paling lengkap setelah Museum Nasional Republik Indonesia di Jakarta. Selain keramik pada zaman Neolitik dan patung perunggu dari abad ke-8, museum ini juga menyimpan beberapa macam bentuk wayang kulit, berbagai senjata kuno (termasuk keris), dan topeng Jawa.
          Museum Sonobudoyo terdiri dari dua unit. Museum Sonobudoyo Unit I terletak di Jalan Pangurakan No. 6 Yogyakarta, sedangkan Unit II terdapat di nDalem Condrokiranan, Wijilan, di sebelah timur Alun-alun Utara Keraton Yogyakarta.
          Museum yang terletak di bagian utara Alun-alon Lor dari kraton Yogyakarta itu pada malam hari juga menampilkan pertunjukkanwayang kulit dalam bentuk penampilan aslinya (dengan menggunakan bahasa Jawa diiringi dengan musik gamelan Jawa). Pertunjukan wayang kulit ini disajikan secara ringkas dari jam 08.00-10.00 malam pada hari kerja untuk para turis asing maupun turis domestik.
          Java Instituut merupakan sebuah yayasan yang bergerak dibidang kebudayaan JawaMaduraBaliMaduraLombok yang berdiri tahun 1919 di Surakarta.
Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda di Jakarta dengan No. 73, tanggal 17 Desember 1919 yang ditanda tangani oleh Sekretaris Umum G. Rd. Redtrienk merupakan jawaban Surat Dr. Hoesein Djajadiningrat dan Dr. F.D.K. Bosch tanggal 3 Oktober 1919. Surat Gubernur Jenderal tersebut memberikan wewenang kepada Java Instituut untuk melakukan kegiatan organisasi selama 29 tahun, terhitung mulai tanggal 4 Agustus 1919.
          Dengan Java Instituut berpusat di Surakarta, sebagai direktur adalah Prof. Dr. R.A. Hoesien Djajadiningrat. Sebagai dasar Java Instituut adalah Statuten Java Instituut, dalam pasal 3 disebutkan antara lain mempunyai kegiatan membantu kegiatan, melestarikan dan mengembangkan kebudayaan pribumi (de insheemsche cultuur) yang mencakup wilayah kebudayaan Jawa, Madura, Bali dan Lombok.
          Pada tahun 1924 Java Instituut mengadakan konggres di Surakarta dengan menghasilkan keputusan untuk mendirikan museum dengan tujuan mengumpulkan data kebudayaan dari daerah Jawa, Madura, Bali, dan Lombok.
          Pada tanggal 12 Juli 1928 dibentuklah satu komisi "Nyverheid Commisie" pada tanggal 12 Juli 1928. Komisi tersebut diresmikan pada tanggal 19 Nopember 1928 Oleh J.E. Jasper, Gubernur Yogyakarta. Tugas utama komisi tersebut mempelajari, mengumpulkan dan memajukan kebudayaan pribumi. Hasil pengumpulan data tersebut dibukukan dalam "De Inheemsche Nijverheid op Java, Madura, Bali en Lombok" yang diterbitkan tahun 1929 sebagai dasar pedoman pengumpulan koleksi.
          Selain di Surakarta berdiri sebuah yayasan Panti Boedaja (Der Stichting Panti Boedaja)Di bawah pimpman Pangeran Adipati Arya Mangkunegara VII, yang berdirinya pada'tanggal 10 Februari 1930. Dalam perannya Panti Budaya membantu Java Instituut untuk mengumpulkan data kebudyaan terutama di dalam bidang naskah kuno dari Kasultanan YogyakartaKasunanan SurakartaKadipaten Pakualaman dan Mangkunegaran.
          Sebagai realisasi dari keputusan konggres maka dibentuklah panitia pada tahun 1913 dengan anggota antara lain Ir. Th. Karsten, P.H.W Sitsen, dan S. Koperberg dengan tugas mempersiapkan berdirinya sebuah museum. Sedangkan tanah yang digunakan untuk museum adalah bekas "Schauten" yang merupakan tanah hibah dari Sri Sultan Hamengkubuwana VII.
          Awal pembangunan museum ditandai dengan candrasengkala Buta Ngrasa Esthining Lata yang menunjukan tahun 1865 Jawa atau 1934 Masehi[1].
Pada tanggal 6 November 1935 Masehi diresmikan dan dibuka untuk umum dengan ditandai candrasengkala Kayu Winayangan ing Brahaman Budha yang menunjukan 9 Ruwah 1866 Jawa[2]. Sedangkan nama museum bernama Museum Sonobudoyo, sono berarti tempat dan budoyo berarti budaya.
          Pada tahun 1939 ntuk menunjang dan melengkapi usaha dari Java Instituut maka dibukalah Sekolah Kerajinan Seni Ukir atau Kunstambacht School.
          Di masa pendudukan Jepang di Yogyakarta museum dikelola oleh Bupati Paniradyapati Wiyata Praja (Kantor Sosial bagian pengajaran) dan pada masa kemerdekaan museum dikelola oleh Bupati Utorodyopati Budaya Prawito yaitu jajaran pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta.
          Selanjutnya pada akhir tahun 1974 Museum Sonobudoyo diserahkan ke Pemerintah Pusat / Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan secara langsung bertanggung jawab kepada Direktorat Jenderal dengan berlakunya Undang- undang No. 22 tahun 2000 tentang kewenangan Pemerintah dan kewenangan Provinsi sebagai Otonomi Daerah.
          Pada bulan Januari 2001 Museum Sonobudoyo bergabung dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi DIY diusulkan menjadi UPTD Peraturan Daerah No. 7 / Th. 2002 Tgl. 3 Agustus 2002 tentang pembentukan dan organisasi UPTD pada Dinas Daerah dilingkungan Pem. Prop. Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Surat Keputusan Gubernur No. 161 / Th. 2002 Tgl. 4 Nopember mengenai TU–Poksi.
          Pada prinsipnya bangunan museum berbentuk Jawa. Hal tersebut dapat terlihat antara halaman luar dengan halaman dalam dipisahkan dengan tembok (cempuri) yang berhiaskan kuncup bunga melati dan gerbang utama berbentuk semar tinandu.
          Museum berdiri yang terletak di Jalan Trikora No. 6. Dalam perkembangannya tanah museum mengalami perluasan hingga 7.867 m2 dengan 5.031 m2 sebagai keperluaan penyelenggaraan.




          Ruang Batik Museum Sonobudaya Jumlah koleksi museum kurang lebih 43.000 dan setiap tahunnya selalu bertambah. Bertambahnya koleksi melalui hibah, proses ganti rugi, barang titipan, pesanan. Koleksi Museum Sonobudoyo terbagi menjadi 10 jenis yaitu
1.    Koleksi Numismatik dan Heraldika
Objek penelitiannya adalah setiap mata uang / alat tukar yang sah, terdiri dari mata uang logam dan mata uang kertas. Heraldika adalah setiap tanda jasa, lambang dan pangkat resmi (termasuk cap /stempel).
2.   Koleksi Filologi adalah benda koleksi yang menjadi objek penelitian filologi, misalnya riaskah kuno, tulisan tangan yang menguraikan sesuatu hal atau peristiwa.
3.   Koleksi Keramologika adalah koleksi yang dibuat dari bahan tanah liat bakar (baked clay) berupa pecah belah, misalnya: Guci.
4.   Koleksi Seni rupa
Koleksi seni yang mengekspresikan pengalaman artistik melalui objek dua dimensi atau tiga dimensi
5.   Koleksi Teknologi
Benda/kumpulan benda yang menggambarkan perkembangan teknologi yang menonjol berupa peralatan atau hasil produksi yang di buat secara massal oleh suatu industri/pabrik, contoh: Gramaphon.
6.   Koleksi Geologi adalah benda yang menjadi obyek ilmu geologi, antara lain batuan, mineral, fosil dan benda-benda bentukan alam lainnya (permata, granit, andesit). Contoh: Batu Barit.
7.   Koleksi Biologi adalah benda yang menjadi objek penelitian ilmu biologi, antara lain tengkorak atau rangka manusia, tumbuh-tumbuhan dan hewan. Misalnya burung (obset) / dikeringkan.
8.   Koleksi Arkeologi adalah benda yang menjadi objek penelitian arkeologi. Benda tersebut merupakan hasil peninggalan manusia dari zaman prasejarah sampai dengan masuknya pengaruh kebudayaan barat misalnya : Cermin.
9.   Koleksi Etnografi adalah benda yang menjadi objek peneiitian ilmu etnografi, benda-benda tersebut merupakan hasil budaya atau menggambarkan identitas suatu etnis misalnya Kacip.
10.Koleksi Historika adalah benda yang bernilai sejarah dan menjadi objek penelitian sejarah. Benda tersebut dari sejarah masuknya budaya barat sampai dengan sekarang, misalnya Senapan laras panjang, Meriam. Koleksi tersebut dipamerkan di Museum Sonobudoyo unit I dan Museum Sonobudoyo II. Untuk Sonobudoyo unit I dipamerkan di sembilan ruang.

Ruang Pendopo dan Sekitarnya

          Bangunan pendopo berbentuk limas dengan atap tumpang sari bertingkat dua. Fungsi pendopo dalam bangunan Jawa yaitu untuk menerima tamu. Di sebelah selatan pendapa terdapat dua buah meriam masing-masing ditempatkan di samping timur dan barat.


1.    Meriam di sisi Timur
          Di bagian pangkal terdapat tulisan huruf Jawa yang berbunyi "Yasa dalem meriyem ing Ngayogyakartahadiningrat ing tahun Alip, sinengkalan Nrus guna Pandhita Ratu" (Nrus = 9; guna = 3, Pandhita = 7, Ratu = 1) berarti 1739 Jawa atau tahun 1871 Masehi.

2.   Meriam di sisi Barat
          Meriam yang berada di sisi barat ini juga hampir sama dengan koleksi meriam di sisi timur. Pada bagian pangkal terdapat tulisan huruf Jawa dan berbunyi "Yasa dalem meriyem ing Ngayogyakartahadmingrat ing tahun Junakir, sinengkalan Naga mosik sabdaning Ratu" (Naga = 8; mosik = 6; sabda = 7; Ratu = 1) yang berarti tahun 1768 Jawa atau tahun 1846 Masehi.
          Kedua koleksi meriam tersebut di atas berasal dari masa Sri Sultan Hamengku Buwana III. Selain meriam terdapat pula arca dan relief. Berikut beberapa koleksi yang berada di halaman pendapa : Arca Dewi Laksmi, arca Mahakala, dan Makara. Sedangkan di bagian dalam pendopo terdapat seperangkat gamelan.

Ruang Pengenalan

          Di atas pintu masuk menuju ke ruang pengenalan terdapat relief candrasengkala "Buta Ngrasa Esthining Lata". Ruang pengenalan berukuran 62,5 m2. Salah satu koleksi yang ada di ruang pengenalan yaitu pasren atau krobongan yang terdiri dari tempat tidur, bantal, guling, kasur, kelambu, sepasang patung loro blonyo, sepasang lampu robyong, dan sepasang lampu jlupak.

Ruang Prasejarah

          Ruang ini menyajikan benda-benda peninggalan masa prasejarah yang menggambarkan cara hidup manusia pada masa itu meliputi berburu, mengumpulkan dan rneramu makanan. Pada tingkat selanjutnya manusia mulai bercocok tanam secara sederhana serta melakukan upacara- upacara yang berhubungan dengan religi (kepercayaan kepada roh nenek moyang, penguburan dan kesuburan)

Ruang Klasik dan Peninggalan Islam

          Dalam penyajian koleksi dikelompokkan menjadi tujuh unsur kebudayaan universal yaitu:
1.    Sistem Kemasyarakatan
2.   Sistem Bahasa
3.   Sistem Religi
4.   Sistem Kesenian
5.   Sistem Ilmu pengetahuan
6.   Sistem Peralatan Hidup
7.   Sistem Mata Pencaharian Hidup

 

 

 

 

Ruang Batik

          Di ruang ini memamerkan beberapa koleksi batik. Selain itu terdapat proses membatik yang di mulai dari pengerjaan pola sampai proses jadi sebuah batik.
Ruang Wayang
          Di Indonesia memiliki beberapa jenis wayang salah satunya wayang klitik yang terbuat dari kayu. Pada tahun wayang mendapat pengakuan dunia.


Ruang Topeng

          Sebagai salah satu bentuk karya seni tradisional Indonesia, Topeng sudah mengalami sejarah perkembangan, bersamaan dengan nilai-nilai budaya dan nilai seni rupa. Topeng yang tampil dalam bentuk tradisional mempunyai fungsi sebagai sarana upacara dan pertunjukan.
          Dalam adat tradisional yang didukung pemikiran Relegi Magia ada kebiasaan untuk menutup raut muka dengan lumpur atau menggambar wajah untuk menampilkan ekspresi raut muka pada tarian-tarian ritual. Kebiasaan mereka-reka wajah tersebut sejalan dengan hasrat untuk mewujudkan citra dari makhluk yang sangat berpengaruh kepada masyarakat.
          Topeng berasal dari kata tutup karena gejala bahasa yang disebut formatif (pembentukan kata), kata tutup ditambah dengan eng kemudian menjadi tupeng. Kemudian mengalami perubahaan menjadi topeng.

Ruang Jawa Tengah

          Di ruang ini memamerkan ukiran kayu yang terkenal dari Jawa Tengah yaitu Jepara seperti gebyog patang aring. Selain itu terdapat keris dan senjata tajam lainnya dengan berbagai jenis.

Ruang Emas

          Museum Sonobudoyo merupakan museum yang memiliki koleksi artefak emas tapi dengan beberapa alasan belum dapat dilihat oleh umum[4].
Pada dasarnya artefak emas memiliki fungsi berbeda-beda.
1.    mata uang
2.   perhiasan
3.   wadah
4.   senjata
5.   simbol religius, dll.

Ruang Bali

Koleksi ruang Bali berkaitan dengan kebudayaan Bali baik mengenai yadnya (upacara) maupun berbentuk seni lukis dan seni pahat. Di bagian terpisah terdapat Candi Bentar.









MUSEUM DIRGANTARA

          Museum Dirgantara diresmikan pada tanggal 4 April 1969 oleh Panglima Udara Laksamana Udara Rusman Nuryadin yang berkedudukan di Makowilu V Tanah Abang Bukit,Jakarta.
          Pada tanggal 29 Juli 1978 dipindah ke Yogyakarta karena yogyakarta merupakan tempat pendidikan,yogyakarta merupakan tempat lahir dan pusat perjuangan TNI AU dan merupakan tempat penggodokan Karbol AAU.
          Museum Dirgantara ini termasuk museum penerbangan terluas di Asia dengan luas 7.600 m2. Museum Dirgantara terletak tidak jauh dari pusat kota,sehingga sangat mudah dijangkau. Letaknya sekitar 200 meter dari Ring Road Timur,tepatnya di sekitar daerah Janti. Daya tarik utama museum ini adalah pesawat dan peralatan perangnya. Tujuan didirikannya museum ini antara lain :
z  Membangun kesadaran masyarakat
z  Meningkatkan pengetahuan
z  Membentuk ideologi bangsa
z  Media pembelajaran
z  Menambah wawasan
z  Mengenang jasa para pahlawan
          Museum ini diresmikan oleh mantan Presiden Indonesia,Soeharto pada tahun 1972. Dalam museum ini ada berbagai koleksi peralatan perang dari masalampau sampai masa modern seperti :
Y  Rudal
Y  Ranjau
Y  Torpedo
Y  Tank
Y  Helikopter
Y  Pesawat terbang

Selain itu juga ada benda-benda bersejarah yang berkaitan dengan TNI seperti :
{  Senjata berat
{  Senjata ringan
{  Atribut ketentaraan
{  Panji-panji
{  Lambang-lambang
         
          Komplek museum TNI Satria mandala ini juga menampilkan diorama ketika TNI bersama-sama dengan rakyat menumpas gerombolan separatis DI/TII di Jawa Barat,Jawa Tengah,Aceh,Kalimantan selatan dan Sulawesi selatan pada era tahun 1960-an.
          Fasilitas yang ada di museum ini antara lain :
ù  Taman bacaan anak
ù  Kios cinderamata
ù  Kantin
ù  Gedung serbaguna (kapasitas 600 kursi)

Museum ini dibagi menjadi 7 ruangan,yaitu :
1)     Ruang utama
2)    Ruang kronologi
3)    Ruang pakaian TNI-AU
4)    Ruang Kasau dan Kotama
5)    Ruang alutsista
6)    Ruang Diorama
7)    Ruang minat dirgantara







µ  Ruang utama
              Dalam ruang ini memamerkan replika pataka jajaran kotama TNI AU,patung empat pahlawan Nasional TNI AU,Lambang Swa Bhuwana Paksa,foto kepala staf TNI AU,lukisan tokoh penerima bintang swa bhuwana paksa,tanda-tanda kehormatan militer serta koleksi tanda pangkat yang pernah digunakan prajurit TNI AU dari awal berdiri sampai sekarang.

Patung kepala staf TNI-AU dalam ruangan ini,antara lain :
Y   Agustinus Adisut jipto
        Beliau merupakan penerbang putera pertama di Indonesia dengan pesawat Cureng 
 yang berlambangkan merah putih,beliau mengudara mengelilingi kota Yogyakarta pada tanggal 27 oktober 1945.
        Beliau mendirikan Sekolah Penerbangan di Yogyakarta,tepatnya di Lapangan Udara Maguuwo yang kemudia diganti namanya menjadi Adisucipto untuk mengenang jasanya sebagai pahlawan nasional.

        Pada tanggal 29 Juli 1947,beliau melakukan misi kemanusiaan bersama Abdulrachman Saleh. Mereka membawa bantuan obat-obatan dari Malaya dengan menerobos blokade udara Belanda menuju India dan Pakistan dengan pesawat Dakota VT-CLA.
        Adisucipto wafat saat dalam perjalanan pulang dari misi kemanusiaannya karena pesawat yang ditumpanginya jatuh ditembak oleh dua pesawat P-40 Kittyhawk,Belanda.

Y   Prof.Dr.Abdulrachman Saleh
        Beliau dikenal sebagai Bapak fisiologi kedokteran Indonesia dan seorang tokoh Radio Republik Indonesia serta seorang pahlawan Nasional. Beliau dikenal dengan nama julukan ‘’Karbol’’.

        Beliau wafat bersama Agustinus Adisut Jipto saat melaksanakan misi kemanusiaannya. Peristiwa itu di kenal sebagai Hari Bakti TNI AU sejak tahun 1962.
Y   Abdul Halim Perdana Kusuma
        Beliau wafat saat ditugasi membeli dan mengangkut perlengkapan senjata dengan pesawat Anderson dari Thailand bersama Iswahjudi. Tidak diketahui penyebab jatuhnya pesawat Anderson tapi diduga karna cuaca buruk. Pesawat jatuh di hutan dekat kota lumut. Tim penyelamat hanya menemukan jasad Halim,sementara jasad Iswahjudi dan senjata-senjata yang dibelinya tidak diketahui sampai sekarang.
        Untuk menghormati jasa dan perjuangan Halim,pemerintah memberi gelar sebagai Pahlawan Nasional dan mengabdikan namanya pada Bandar Udara Halim Perdanakusuma di Jakarta dan juga pada kapal perang KRI Abdul Halim Perdanakusuma.
                                               

Y   Iswahjudi
Dikenal sebagai perintis TNI AU Indonesia. Beliau meninggal karena pesawatnya jatuh bersama Abdul Halim Perdana Kusuma , walaupun jasadnya tidak ditemukan,karna perjuangannya maka ditetapkan makam pahlawan di TMP Kalibata dan namanya diabdikan menjadi Bandara Iswahyudi,madiun.
         
Lambang TNI AU
Makna swa bhuwana paksa
S Burung garuda
Memiliki sifat gagah dan berani melambangkan TNI AU sebagai pangkalan kedaulatan negara.
S Perisai
Gambar peta Indonesia,jadi TNI AU siap menjadi perisai negara.
S Lima anak panah,di cengkeraman kaki burung garuda
Bahwa TNI AU selalu siap siaga melaksanakan tugas.
S Lidah api
Melambangkan semangat 45 yang selalu menyala di dada prajurit TNI AU.
S Manggar
Melambangkan kemakmuran rakyat Indonesia yang merdeka.
S Tulisan Swa Bhuwana Paksa
Artinya TNI AU adalah sayap tanah air,pembela dan pelindung negara.

µ  Ruang kronologi
Memamerkan koleksi berupa
¯ replika pesawat RI-X
¯ penggambaran sejarah perjuangan TNI AU
¯ dokumentasi sejarah industri kedirgantaraan
¯ benda-benda peninggalan Pasukan Garuda Mulya
¯ operasi militer
¯ operasi non militer
¯ benda peninggalan peristiwa 29 juli 1947
¯ foto dan benda peninggalan sejarah Garuda Indonesia Airways
¯ benda dan foto peninggalan sejarah Dina Kesehatan TNI AU

µ  Ruang pakaian TNI-AU
Terdapat berbagai koleksi seragam yang pernah digunakan TNI AU sejak tahun 1945 sampai sekarang.
µ  Ruang Kasau dan Kotama
Terdapat koleksi foto dan benda yang berkaitan dengan kotama di jajaran TNI AU,biasanya benda yang pernah digunakan oleh para mantan Kasau yang disertai dengan patung serta koleksi daftar nama lulusan sekolah penerbangan TNI AU.

µ  Ruang alutsista
Ada koleksi pesawat tempur yang pernah digunakan oleh TNI AU dari tahun 1945 sampai tahun 1970-an. Koleksinya antara lain :
A  Rudal
A  Radar
A  Senjata
A  Mesin pesawat
A  Caisson (ruang hampa udara)
     
µ  Ruang Diorama
Dalam ruang ini berbagai peristiwa bersejarah digambarkan melalui simulator,ada dua simulator pesawat P-51 Mustang.          


µ  Ruang minat dirgantara
Terdapat foto dan lambang skadron,koleksi pesawat starlite dan pesawat fisher,koleksi senjata,miniatur pesawat,koleksi buku-buku terbitan TNI AU serta dilengkapi dengan ruang mini theater yang berkapasitas 60 orang untuk memutar film-film sejarah dan dunia kedirgantaraan.

Koleksi yang ada di luar
ÿ   Pesawat Tupolev TU-16 B KS
ÿ   UF 1 Albatros
ÿ   PBY-5A Catalina
ÿ   Pesawat A-4 skyhawk
ÿ   Pesawat OV-10 Bronco
ÿ   Helikopter super puma NAS 332
ÿ   Peluru kendali SA-75
BAB III
METODE PENGUMPULAN DATA
      Sesuai dengan sumber data maksud dan tujuan penyusunan laporan studi lingkungan ini maka dalam pengumpulan data menggunakan beberapa metode sebagai berikut :
a.    Studi Kepustakaan
                Suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara menggunakan dan mempelajari buku-buku, internet, atau media lain yang ada hubungannya dengan masalah studi lingkungan ini.
b.   Penelitian Lapangan
            Suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara meninjau    dan mengamati secara langsung.
1.      Interview ( Wawancara )
             Metode pengumpulan data dengan tanya jawab secara langsung.
2.      Literature
        Metode pengumpulan data yang dilakukan dengan memanfaatkan buku - buku referensi sebagai penunjang dalam pengambilan teori dasar.




BAB IV
HASIL WAWANCARA DAN OBSERVASI
MUSEUM KERATON YOGYAKARTA
Kenapa mayoritas pohon yang ditanam di keraton ini pohon sawo kecik?
Iya,memang harus pohon sawo kecik karena pohon sawo kecik merupakan lambang dari kebaikan (sarwa becik).

Apakah kemarin (selasa,18 agustus 2015) ada acara pelantikan abdi dalem?
Iya betul,kemarin memang ada pelantikan abdi dalem baru dan kenaikan pangkat untuk abdi dalem lama. Untuk menjadi seorang abdi dalem harus benar benar mengetahui seluk beluk keraton sehingga harus diadakan pelantikan dengan seleksi yang sangat ketat.

Kenapa banyak sekali bangunan di keraton?
Karena disetiap acara hampir ada bangunannya tersendiri,dan fungsi setiap bangunan berbeda-beda dan memiliki abdi dalem tersendiri.

Kenapa abdi dalem memakai jarik lurik?
Itu memang jarik khusus untuk para abdi dalem,dan hanya para abdi dalem yang boleh memakainya.

MUSEUM DIRGANTARA
Apa fungsi museum?
-      Membangun kesadaran masyarakat
-      Menambah pengetahuan
-      Meningkatkan kesadaran sejarah
-      Media pembelajaran
-      Pembentuk ideologi bangsa

Apa arti swa bhuwana paksa?
Swa bhuwana paksa berarti sayap tanah air.

Apa pangkat tertinggi dalam TNI-AU?
Pangkat tertingginya bintang 4.

Apa arti Dirgantara Mandala?
Dirgantara berarti keudaraan dam mandala artinya lingkup. Jadi Dirgantara Mandala artinya lingkup keudaraan.




BAB V
PENUTUP
v KESIMPULAN
          Keraton Yogyakarta didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I beberapa bulan pasca Perjanjian Giyanti pada tahun 1756. Lokasi keraton ini konon adalah bekas sebuah pesanggarahan yang bernama Garjitawati. Pesanggrahan ini digunakan untuk istirahat iring-iringan jenazah raja-raja Mataram (Kartasura dan Surakarta) yang akan dimakamkan di Imogiri.
Museum Sonobudoyo terdiri dari dua unit. Museum Sonobudoyo Unit I terletak di Jalan Pangurakan No. 6 Yogyakarta, sedangkan Unit II terdapat di nDalem Condrokiranan, Wijilan, di sebelah timur Alun-alun Utara Keraton Yogyakarta.
          Museum yang terletak di bagian utara Alun-alon Lor dari kraton Yogyakarta itu pada malam hari juga menampilkan pertunjukkanwayang kulit dalam bentuk penampilan aslinya (dengan menggunakan bahasa Jawa diiringi dengan musik gamelan Jawa). Pertunjukan wayang kulit ini disajikan secara ringkas dari jam 08.00-10.00 malam pada hari kerja untuk para turis asing maupun turis domestik.
     Museum Dirgantara diresmikan pada tanggal 4 April 1969 oleh Panglima Udara Laksamana Udara Rusman Nuryadin yang berkedudukan di Makowilu V Tanah Abang Bukit,Jakarta.
               Pada tanggal 29 Juli 1978 dipindah ke Yogyakarta karena yogyakarta merupakan tempat pendidikan,yogyakarta merupakan tempat lahir dan pusat perjuangan TNI AU dan merupakan tempat penggodokan Karbol AAU.

v SARAN
               Sebaiknya lebih di variasi lagi tempat wisatanya. Seperti di monumen perjuangan,makam pahlawan dan tempat-tempat bersejarah lainnya. Keadaan bis sudah nyaman. Panitia sudah cukup baik.


v DAFTAR PUSTAKA
ó Chamamah Soeratno et. al. (2004). Kraton Yogyakarta:the history and cultural heritage (2nd print). Yogyakarta and Jakarta: Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat and Indonesia Marketing Associations. 979-96906-0-9.
ó Periplus Edition Singapore (1997). Periplus Adventure Guide "Java Indonesia". Periplus Singapore.
ó R. Murdani Hadiatmadja (no year). Keterangan-keterangan tentang Karaton Yogyakarta. Yogyakarta: Tepas Pariwisata Karaton Ngayogyakarta.
ó van Beek, Aart (1990). Images of Asia: "Life in the Javanese Kraton". Singapore: Oxford University Press. ISBN 979-497-123-5.
ó Acara budaya dengan judul Pocung dalam episode Wewangunan Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat disiarkan oleh JogjaTV.
ó Dinas Pariwisata DIY
ó Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1993). Buku Petunjuk Koleksi Museum Negeri Sonobudoyo Yogyakarta.
ó Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Bagian Proyek Pembinaan Permuseuman Daerah Istimewa Yogyakarta.
ó Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (2001). Buku Panduan Museum Negeri Sonobudoyo Yogyakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Bagian Proyek Pembinaan Permuseuman Daerah Istimewa Yogyakarta.
ó Museum Sonobudoyo Yogyakarta (2001). Welcome to Museum Negeri Sonobudoyo Yogyakarta. Museum Sonobudoyo Yogyakarta.
ó Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (2000). Koleksi Emas Museum Negeri Sonobudoyo Yogyakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Bagian Proyek Pembinaan Permuseuman Daerah Istimewa Yogyakarta.