Sosok manusia
terpopuler sepanjang masa telah lahir di padang pasir yang tandus menjelang
akhir abad ke 6 M. Namanya paling banyak disebut dan tak tertandingi oleh tokoh
dunia manapun didunia ini. Keluhuran budi pekertinya menjadi suri tauladan bagi
siapapun yang mendambakan kedamaian dan kebahagiaan. Beliaulah yang menjadi
nabi terakhir yang di utus oleh Allah SWT
kepada umat manusia dan menjadi penyempurna dari ajaran-jaran yang di
bawa oleh para nabi terdahulu, beliaulah nabi Muhammad SAW. Mari kita lihat
pendapat tokoh-tokoh ilmuwan dunia tentang sosok nabi Muhammad SAW.
Michael Hart dalam bukunya bertajuk ‘The 100: A
Ranking of the Most Influential Persons in History’ telah menempatkan Nabi
Muhammad saw sebagai tokoh nomor 1 yang paling berpengaruh sepanjang sejarah. Apa kata
penulis “Jatuhnya pilihan saya kepada
Muhammad SAW dalam urutan pertama daftar Seratus
Tokoh yang berpengaruh di dunia mungkin mengejutkan sementara pembaca dan
mungkin jadi tanda tanya sebagian yang lain. Tapi saya berpegang pada keyakinan
saya, dialah Muhammad SAW satu-satunya manusia dalam sejarah yang berhasil
meraih sukses-sukses luar biasa baik ditilik dari ukuran agama maupun ruang
lingkup duniawi”.
Seorang Orientalis Jerman Bretly Hiler di dalam
bukunya “Orang-Orang Timur dan Keyakinan-keyakinan Mereka” mengatakan :
“Muhammad SAW adalah seorang kepala negara dan punya perhatian besar pada
kehidupan rakyat dan kebebasannya. Dia menghukum orang-orang yang melakukan
pidana sesuai dengan kondisi zamannya dan sesuai dengan situasi
kelompok-kelompok buas di mana Nabi hidup di antara mereka. Nabi ini adalah
seorang penyeru kepada agama Tuhan Yang Esa. Di dalam dakwahnya, dia
menggunakan cara yang lembut dan santun meskipun dengan musuh-musuhnya.
Pada kepribadiaannya ada dua sifat yang paling utama dimiliki oleh jiwa
manusia. Keduanya adalah “keadilan dan kasih sayang”.
Mahatma Gandhi, bertutur : “Ajaran yang dibawa oleh
Muhammad SAW adalah peninggalan yang paling bijaksana bukan hanya untuk muslim
tapi utk seluruh umat manusia.”
Mari kita bermuhasabah!
Sebagai seorang muslim, sudahkah kita mempelajari kehidupan sejarah beliau?
1.
Strategi dakwah Rasulullah SAW di Makkah
a. Masyarakat
Makkah Pada Awal Penyebaran Islam
Masyarakat Makkah pada awal kenabian
Muhammad SAW dikenal dengan sebutan jahiliyah, yakni masyarakat yang tidak
mengenal Tuhan yang sebenarnya sebab patung dan batu menjadi
sembahan tuhan mereka dan mereka hidup dalam kegelapan terutama yang berkaitan
dengan akhlak dan moral. Masyarakat Arab waktu
itu sudah menyimpang jauh dan ajaran agama Tauhid, yang telah diajarkan oleh
para rasul terdahulu, seperti Nabi Ibrahim A.S. Mereka umumnya beragama watsani
atau agama penyembah berhala. Berhala-berhala yang mereka puja itu mereka letakkan
di Ka’bah (Baitullah = rumah Allah SWT) yang jumlahnya mencapai 300
lebih. Di antara berhala-berhala yang termashyur bernama: Ma’abi, Hubal,
Khuza’ah, Lata, Uzza, dan Manat. Kebiasaan buruk lainnya dalam masyarakat
jahiliyah adalah suburnya tindak kejahatan, perjudian, mabuk-mabukan,
pertikaian antar suku, saling membunuh bahkan mengubur bayi perempuan yang
masih hidup menjadi kebiasaan mereka. Tatanan kehidupan masyarakat tidak
berjalan, yang berlaku hanyalah hukum rimba, siapalah yang kuat dia yang berkuasa
dan siapa yang menang dia yang berkuasa. Mereka sudak tidak menjadikan ajaran
para nabi terdahulu sebagai pedoman hidupnya. Selain itu
ada pula sebagian masyarakat Arab jahiliyah yang menyembah malaikat dan bintang
yang dilakukan kaum Sabi’in serta menyembah matahari, bulan, dan jin yang
diperbuat oleh sebagian masyarakat di luar kota Mekah. Dalam
situasi inilah Allah SWT mengutus nabi Muhammad SAW untuk menyampaikan dakwah ajaran Islam.
b. Substansi dan strategi dakwah
Rasulullah Saw Periode Makkah
1) Substansi dakwah Rasulullah SAW
Substansi ajaran Islam periode Makkah, yang didakwahkan Rasulullah SAW di awal
kenabiannya adalah sebagai berikut :
a)
Keesaan Allah SWT
Islam mengajarkan bahwa pencipta dan pemelihara alam
semesta adalah Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa. Allah SWT tempat bergantung
segala apa saja dan makhluk-Nya, tidak beranak dan tidak diperanakkan, serta
tidak ada selain Allah SWT, yang menyamai-Nya (baca dan pelajari QS.
A1-Ikhlas, 112: 1-4).
Umat manusia harus beribadah atau menghambakan diri
hanya kepada Allah SWT. Beribadah atau menyembah kepada selain Allah SWT,
termasuk ke dalam perilaku syirik, yang hukumnya haram, dan merupakan dosa yang
paling besar (lihat Q.S An-Nisa’, 4: 48).
b)
Hari Kiamat sebagai hari pembalasan
Islam mengajarkan bahwa mati yang dialami oleh setiap
manusia, bukanlah akhir kehidupan, tetapi merupakan awal dari kehidupan yang panjang, yakni kehidupan di alam kubur dan di alam akhirat.
Manusia yang ketika di dunianya taat beribadah, giat
beramal saleh, dan senantiasa berbudi pekerti yang terpuji, tentu akan
memperoleh balasan yang menyenangkan. Di alam kubur akan memperoleh berbagai
kenikmatan dan di alam akhirat akan ditempatkan di surga yang penuh dengan
hal-hal yang memuaskan. Tetapi manusia yang ketika di dunianya durhaka kepada
Allah SWT dan banyak berbuat jahat, tentu setelah matinya akan mendapat siksa
kubur dan dicampakkan ke dalam neraka yang penuh dengan berbagai macam siksaan.
(Baca dan pelajari Q.S. Al-Qari’ah, 101: 1-11)
c)
Kesucian jiwa
Islam menyerukan umat manusia agar senantiasa berusaha
menyucikan jiwanya dan melarang keras mengotorinya. Seseorang dianggap suci
jiwanya apabila selama hayat di kandung badan senantiasa beriman dan bertakwa
atau meninggalkan segala perbuatan dosa, dan dianggap mengotori jiwanya apabila
durhaka pada Allah SWT dan banyak berbuat dosa.
Sungguh beruntung orang yang senantiasa memelihara
kesucian jiwanya, dan alangkah ruginya orang yang
mengotori jiwanya (baca Q.S. Asy-Syams, 91: 9-10).
قَدْ
أَفْلَحَ مَن زَكَّاهَا ﴿٩﴾ وَقَدْ خَابَ مَن دَسَّاهَا ﴿١٠﴾
Artinya : “Sesungguhnya beruntunglah orang yang
mensucikan jiwa itu, dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”.
d)
Persaudaraan dan Persatuan
Persaudaraan mempunyai hubungan yang erat dengan
persatuan, bahkan persaudaraan landasan bagi terwujudnya persatuan.Islam
mengajarkan bahwa sesama orang beriman adalah bersaudara. Mereka dituntut untuk
saling mencintai dan sayang-menyayangi, di bawah naungan rida Ilahi. Rasulullah
SAW bersabda: “Tidak dianggap beriman seorang Muslim di antara kamu,
sehingga ia mencintai saudaranya, seperti rnencintai dirinya.” (H.R.
Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Nasa’i).
Selain itu
sesama umat Islam, hendaknya saling menolong dalam kebaikan dan ketakwaan,
jangan sekali-kali tolong-menolong dalam dosa serta permusuhan. Jangan saling
menganiaya dan jangan pula membiarkan saudaranya yang teraniaya tanpa diberikan
pertolongan. Sedangkan umat Islam yang mampu disuruh untuk memberikan
pertolongan kepada saudaranya yang du’afa, yakni para fakir miskin dan
anak-anak yatim telantar (baca dan pelajari Q.S. Al-Ma’un, 107: 1-7).
2) Strategi dakwah
Rasulullah SAW.
Tujuan dakwah Rasulullah SAW pada periode Mekah adalah agar masyarakat Arab
meninggalkan kejahiliahannya di bidang agama, moral, dan hukum. Sehingga
menjadi umat yang meyakini kebenaran kerasulan Nabi Muhammad SAW dan ajaran
Islam yang disampaikannya, kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Jika masyarakat Arab telah mengamalkan seluruh ajaran Islam dengan niat ikhlas
karena Allah SWT dan sesuai dengan petunjuk-petunjuk Rasulullah SAW, tentu
mereka akan memperoleh keselamatan, kedamaian, dan kesejahteraan di dunia dan
di akhirat. Adapun strategi dakwah Rasulullah SAW dalam berusaha mencapai
tujuan yang luhur
tersebut sebagai berikut:
a) Dakwah secara
sembunyi-sembunyi selama 3-4 tahun.
Cara ini
ditempuh oleh Rasulullah SAW karena beliau begitu yakin, bahwa masyarakat Arab
jahiliah, masih sangat kuat mempertahankan kepercayaan dan tradisi warisan
leluhur mereka. Sehingga mereka bersedia berperang dan rela mati dalam
mempertahankannya. Pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi ini, Rasulullah
SAW menyeru untuk masuk Islam, orang-orang yang berada di lingkungan rumah
tangganya sendiri dan kerabat serta sahabat dekatnya. Mengenai orang-orang yang
telah memenuhi seruan dakwah Rasulullah SAW tersebut adalah : Khadijah binti
Khuwailid (istri Rasulullah SAW, wafat tahun ke-10 dari kenabian), Ali bin Abu
Thalib (saudara sepupu Rasulullah SAW yang tinggal serumah dengannya, waktu
masuk Islam ia baru berusia 10 tahun), Zaid bin Haritsah (anak angkat
Rasulullah SAW, wafat tahun 8 H = 625 M), Abu Bakar Ash-Shiddiq (sahabat dekat
Rasulullah SAW, yang hidup dan tahun 573 - 634 M), dan Ummu Aiman (pengasuh
Rasulullah SAW pada waktu kecil).
Sesuai dengan
ajaran Islam, bahwa berdakwah bukan hanya kewajiban Rasulullah SAW, tetapi juga
kewajiban para pengikutnya (umat Islam), maka Abu Bakar Ash-Shiddiq, seorang
saudagar kaya, yang dihormati dan disegani banyak orang. Karena budi bahasanya
yang halus, ilmu pengetahuannya yang luas, dan pandai bergaul telah meneladani
Rasuliillah SAW, yakni berdakwah secara sembunyi-sembunyi.
Usaha dak’wah
Abu Bakar Ash-Shiddiq berhasil karena ternyata beberapa orang kawan dekatnya
menyatakan diri masuk Islam, mereka adalah :
(1) Abdul Amar dari Bani Zuhrah, Abdul Amar berarti
hamba milik si Amar. Karena Islam melarang perbudakan, kemudian nama itu
diganti oleh Rasulullah SAW menjadi Abdurrahman bin Auf, yang artinya hamba
Allah SWT Yang Maha Pengasih.
(2) Abu Ubaidah bin Jarrah dan Bani Hari.
(3) Utsman bin
Affan.
(4) Zubair bin
Awam.
(5) Sa’ad bin
Ahu Waqqas.
(6) Thalhah bin
Ubaidillah.
Orang-orang yang masuk Islam, pada masa dakwah secara
sembunyi-sembunyi, yang namanya sudah disebutkan di atas disebut Assabiqunal
Awwalun (pemeluk Islam generasi awal).
b) Dakwah Secara terang-terangan
Dakwah secara terang-terangan ini dimulai sejak tahun
ke-4 dari kenabian, yakni setelah turunnya wahyu yang berisi perintah Allah SWT
agar dakwah itu dilaksanakan secara terang-terangan. Wahyu tersebut berupa ayat
Al-Qur’an Surah 26: 214-216 (coba kamu cari dan pelajari).
Tahap-tahap dakwah Rasulullah SAW secara
terang-terangan ini antara lain sebagai berikut :
1)
Mengundang kaum kerabat keturunan
dari Bani Hasyim, untuk menghadiri jamuan makan dan mengajak mereka agar masuk
Islam. Tetapi karena cahaya hidayah Allah SWT waktu itu belum menyinari hati
mereka, mereka belum menerima Islam sebagai agama mereka. Namun ada 3 orang
kerabat dari kalangan Bani Hasyim yang sebenarnya sudah masuk Islam, tetapi
merahasiakan keislamannya, pada waktu itu dengan tegas menyatakan keislamannya.
Mereka adalah Ali bin Abu Thalib, Ja’far bin Abu Thalib, dan Zaid bin Haritsah.
2) Rasulullah SAW mengumpulkan para penduduk kota Mekah,
terutama yang berada dan bertempat tinggal di sekitar Ka’bah untuk berkumpul
Bukit Shafa, yang letaknya tidak jauh dan Ka’bah. Rasulullah SAW memberi
peringatan kepada semua yang hadir agar segera meninggalkan penyembahan
terhadap berhala-berhala dan hanya menyembah atau menghambakan diri kepada
Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, Pencipta dan Pemelihara alam semesta.
Rasulullah SAW juga menegaskan, jika peringatan yang disampaikannya itu
dilaksanakan tentu akan meraih rida Ilahi bahagia di dunia dan di akhirat.
Tetapi apabila peringatan itu diabaikan tentu akan mendapat murka Allah SWT,
sengsara di dunia dan di akhirat.
Menanggapi dakwah Rasulullah SAW tersebut di antara
yang hadir ada kelompok yang menolak disertai teriakan dan ejekan, ada kelompok
yang diam saja lalu pulang. Bahkan Abu Lahab, bukan hanya mengejek tetapi
berteriak-teriak bahwa Muhammad orang gila, seraya ia berkata “Celakalah engkau
Muhammad, untuk inikah engkau mengumpulkan kami?” Sebagai balasan terhadap
kutukan Abu Lahab itu turunlah ayat Al- Qur’an yang berisi kutukan Allah SWT
terhadap Abu Lahab, yakni Surat Al-Lahab, 111: 1-5 (coba kamu cari dan pelajari
ayat Al-Qur’an tersebut).
Pada periode dakwah secara terang-terangan ini juga
telah menyatakan diri masuk Islam dua orang kuat dari kalangan kaum kafir
Quraisy, yaitu Hamzah bin Abdul Muthalib (paman Nabi SAW) dan Umar bin Khattab.
Hamzah bin Abdul Muthalib masuk Islam pada tahun ke-6 dari kenabian sedangkan
Umar bin Khattab (581-644 M), tidak lama setelah sebagian kaum Muslimin
berhijrah ke Habasyah atau Ethiopia pada tahun 615 M.
3)
Rasulullah SAW menyampaikan seruan
dakwahnya kepada para penduduk di luar kota Mekah. Sejarah mencatat bahwa
penduduk di luar kota Mekah yang masuk Islam antara lain :
(a) Abu Zar Al-Giffari, seorang tokoh dan kaum Giffar,
yang bertempat tinggal di sebelah barat laut Mekah atau tidak jauh dari laut
Merah, menyatakan diri di hadapan Rasulullah SAW masuk Islam. Keislamannya itu
kemudian diikuti oleh kaumnya.
(b) Tufail bin
Amr Ad-Dausi, seorang penyair terpandang dari kaum Daus yang bertempat tinggal
di wilayah barat kota Mekah, menyatakan diri masuk Islam di hadapan Rasulullah
SAW. Keislamannya itu diikuti oleh
bapak, istri, keluarganya, serta kaumnya.
(c) Dakwah Rasulullah SAW terhadap
penduduk Yatsrib (Madinah), yang datang ke Mekah untuk berziarah nampak
berhasil. Berkat cahaya hidayah Allah SWT, para penduduk Yatsrib, secara
bergelombang telah masuk Islam di hadapan Rasulullah SAW. Gelombang pertama
tahun 620 M, telah masuk Islam dari suku Aus dan Khazraj sebanyak 6 orang.
Gelombang kedua tahun 621 M, sebanyak 13 orang dan pada gelombang ketiga tahun
berikutnya lebih banyak lagi.
Pada gelombang ketiga ini telah datang ke Mekah untuk berziarah dan menemui
Rasulullah SAW, umat Islam penduduk Yatsrib yang jumlahnya mencapai 73 orang di
antaranya 2 orang wanita. Waktu itu ikut pula berziarah ke Mekah, orang-orang
Yatsrib yang belum masuk Islam. Di antaranya Abu Jabir Abdullah bin Amr,
pimpinan kaum Salamah, yang kemudian menyatakan diri masuk Islam di hadapan
Rasulullah SAW.
Pertemuan umat Islam Yatsrib dengan Rasulullah SAW pada gelombang ketiga
ini, terjadi pada tahun ke-13 dari kenabian dan menghasilkan Bai’atul Aqabah.
Isi Bai’atul Aqabah tersebut
merupakan pernyataan umat Islam Yatsrib bahwa mereka akan melindungi dan
membela Rasulullah SAW. Walaupun untuk
itu mereka harus mengorbankan tenaga, harta, bahkan jiwa. Selain itu, mereka
memohon kepada Rasulullah SAW dan para pengikutnya agar berhijrah ke Yatsrib.
Setelah terjadinya peristiwa Bai’atul Aqabah itu, kemudian
Rasulullah SAW menyuruh para sahabatnya yakni orang-orang Islam yang bertempat
tinggal di Mekah, untuk segera berhijrah ke Yatsrib. Para sahabat Nabi SAW
melaksanakan suruhan Rasulullah SAW tersebut. Mereka berhijrah ke Yatsrib
secara diam-diam dan sedikit demi sedikit, sehingga dalam waktu dua bulan
sebanyak 150 orang umat Islam penduduk Mekah telah berhijrah ke Yatsrib.
Sedangkan Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a., dan Ali bin Abu
Thalib masih tetap tinggal di Mekah, menunggu perintah dari Allah SWT untuk
berhijrah. Setelah datang perintah dari Allah SWT, kemudian Rasulullah SAW
berhijrah bersama Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a., meninggalkan kota Mekah tempat
kelahirannya menuju Yatsrib. Peristiwa hijrah Rasulullah SAW ini terjadi pada
awal bulan Rabiul Awal tahun pertama hijrh (622 M). Sedangkan Ali bin Abu
Thalib, tidak ikut berhijrah bersama Rasulullah SAW, karena beliau disuruh
Rasulullah SAW untuk mengembalikan barang-barang orang lain yang dititipkan
kepadanya. Setelah perintah Rasulullah SAW itu dilaksanakan, kemudian Ali bin
Abu Thalib menvusul Rasulullah SAW berhijrah ke Yatsrib.
2. Hikmah strategi dakwah Rasulullah Saw periode Mekah
Hikmah yang dapat diambil dari sejarah dakwah
Rasulullah saw periode Mekah, antara lain sebagai berikut :
a. Menyadari bahwa melalui sifat sabar, ulet, lemah lembut dan tidak merusak
dalam menjalankan amar ma’ruf nahi munkar pasti akan mendapatkan pertolongan
Allah SWT
b. Menyadari dan memahami bahwa seorang rasul hanyalah
bertugas menyampaikan risalah dari Allah SWT. Seorang rasul tidak bisa memberi petunjuk (hidayah) bahkan kepada
keluarga dan orang yang dicintai sekalipun. ( QS. 28 : 56 )
c.
Memahami bahwa Allah SWT pasti akan menguji seseorang yang akan terpilih menjadi
utusan atau rasul-Nya. Oleh karena itu sangat wajar bila sesorang ingin menjadi
pemimpin atau menduduki jabatan tertentu terlebih dahulu harus diuji.
d. Dapat mengambil contoh cara-cara berdakwah yang
dilakukan nabi saw, yaitu sangat bijaksana, pandai menggunakan kesempatan yang
berharga, dapat menarik perhatian orang tanpa menimbulkan kebosanan. Seperti
yang digambarkan dalam Surat an-Nahl : 125 sebagai berikut :
اُدْعُ إِلِى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ
وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ
هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ ﴿١٢٥﴾
Artinya :
“Serulah (manusia) kepada jalan tuhanmu dengan hikmah danpengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara
yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat
dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk”
(QS. An Nahl : 125)
e. Dapat meneladani Nabi SAW sebagai uswatun khasanah, artinya sikap dan amal perbuatan beliau sehari-hari adalah teladan yang baik, terutama
terhadap ajaran Islam yang didakwahkannya, Firman Allah SWT :
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ
حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ
كَثِيراً ﴿٢١﴾
Artinya : “Sungguh, telah ada pada
(diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah” (QS. Al-Ahzab : 21 )
3.
Meneladani dakwah Rasulullah SAW periode Mekah dalam penerapan di era modern.
Sikap dan perilaku yang dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut :
a.
Memahami perjuangan nabi Muhammad
SAW dan meneladaninya serta ikut serta mendakwahkan Islam sebagai tatanan
kehidupan menusia agar mencapai tujuan hidupnya, selamat dan sejahtera di dunia
akhirat.
b.
Melaksanakan ajaran Islam, yakni
menjalankan rukun Islam dan melestarikannya dalam kehidupan sehari-hari
dilingkungannya masing-masing dengan tidak memaksa orang lain ataui menghina
peribadatan/nama tuhan agama lain.
c.
Melaksanakan dan melestarikan sunnah
Rasulullah SAW yang tidak bertentangan dengan Al Qur’an, sesuai dengan
kemampuan masing-masing.
d.
Konsisten dan komitmen men-Tuhankan
Allah SWT, Tuhan yang Maha Esa dan tidak
menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Menyekutukan-Nya adalah dosa besar yang
tidak terampuni ( QS. An Nisa : 116 )
إِنَّ
اللّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَاءُ
وَمَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلاَلاً بَعِيداً ﴿١١٦﴾
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa
mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain
syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan
(sesuatu) dengan Allah, Maka Sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya”.
e.
Senantiasa jihad di jalan Allah SWT,
sebagaiman firmanNya :
فَلَا تُطِعِ الْكَافِرِينَ وَجَاهِدْهُم بِهِ جِهَاداً
كَبِيراً ﴿٥٢﴾
Artinya : ”Maka janganlah engkau taati orang-orang kafir, dan berjuanglah terhadap
mereka dengannya (Al-Qur’an)
dengan (semangat) perjuangan yang besar” (QS. Al Furqan : 52)
KEMULIAAN NABI MUHAMMAD
SAW :
Kisah ini menceritakan
tentang seorang wanita tua yang sangat membenci Rasulullah SAW dan bahkan
wanita ini sering kali menghina Rasulullah SAW. Suatu hari wanita tua
tersebut sedang berdiri di depan rumahnya. Rupanya wanita tua itu sedang
menunggu Rasulullah SAW, karena dia tahu kalau Rasulullah SAW selalu melewati
depan rumahnya ketika akan melakukan ibadah di Masjidil Haram. Tidak lama
kemudian tampak Rasulullah SAW sedang berjalan dan wanita tua itu bersiap ingin
melakukan sesuatu terhadap beliau. Ketika Rasulullah SAW sampai di depan
rumahnya, wanita tua itu langsung meludahkan air liurnya dengan penuh kebencian
yang mendalam : “cuih…cuih…cuih..”.
Peristiwa ini selalu
berulangkali terjadi setiap Rasulullah SAW melewati depan rumah wanita tua itu
dan bahkan hampir setiap hari wanita itu melakukannya. Suatu saat seperti
biasanya Rasulullah SAW pergi untuk beribadah di Masjidil Haram dan seperti
biasanya pula Rasulullah SAW selalu melewati depan rumah wanita tua itu. Akan
tetapi ketika Rasulullah SAW tiba di depan rumah wanita tua itu, beliau tidak
melihatnya seperti biasa, sehingga beliau hari ini tidak meludahi Rasulullah
SAW. Kemudian Rasulullah SAW berhenti sejenak sambil melihat-lihat dan ternyata
wanita itu memang tidak ada di depan rumahnya. Rasulullah SAW pun menjadi
kangen akan air ludah siwanita tua tersebut dan karena penasaran, beliau lalu
bertanya kepada seseorang yang merupakan tetangga sebelah wanita itu.
“Wahai Fulan, tahukah
engkau dimanakah wanita pemilik rumah ini, yang setiap kali aku lewat selalu
meludahiku? ”, kata Rasulullah SAW. Orang yang ditanya itu heran, mengapa
Rasulullah SAW menanyakan wanita yang sering meludahi beliau. Namun akhirnya
orang itu tidak ambil peduli dan langsung menjawab pertanyaan Rasulullah SAW :
“ Wahai Muhammad…Apakah engkau tidak mengetahui, bahwa si wanita yang engkau
tanyakan dan yang biasa melidahimu, sudah beberapa hari ini dia sedang
terbaring sakit ? ”. Mendengar jawaban dari orang itu Rasulullah SAW
mengangguk-angguk, kemudian beliau melanjutkan perjalanannya untuk melaksanakan
ibadah di depan Ka’bah. Setelah sekembalinya dari ibadah, Rasulullah SAW
menyempatkan diri untuk mampir dan menjenguk wanita si peludah itu yang dalam
keadaan sakit. Wanita tua itu kaget dan ada perasaan takut dalam dirinya ketika
dia mengetahui, bahwa Rasulullah SAW orang yang setiap hari dia ludahi, justru
malah menjenguk dirinya. Wanita tua itu menangis dalam hati : “Duhai betapa
luhur budinya manusia ini. Meskipun setiap hari aku ludahi, justru dialah orang
pertama yang
menjenguk aku ”
Dengan perasaan haru
dan menitikan air mata, wanita tersebut bertanya : “ Wahai Muhammad, mengapa
engkau menjengukku, padahal tiap hari aku meludahimu?”.
Rasulullah SAW menjawab
: “ Aku yakin, engkau meludahiku karena engkau belum mengetahui tentang
kebenaranku. Jika engkau mengetahuinya, aku yakin engkau tidak akan lagi
melakukannya”. Mendengar ucapan yang sangat bijak dari manusia mulia utusan Allah SWT ini,
wanita itu langsung menangis dan berkata : “ Wahai Muhammad, mulai saat ini aku
bersaksi untuk mengikuti agamamu “. Kemudian wanita itu mengucapkan dua kalimat
syahadat.
RANGKUMAN :
Bagian terpenting yang menjadi fokus dakwah Rasulullah
SAW periode Mekah dapat dilihat antara lain sebagai berikut.
1. Memperbaiki akhlak masyarakat Mekah yang mengalami dekadensi moral,
seperti tumbuh suburnya kebiasaan
berjudi, minum Khamer, dan berzina.
2.
Memperbaiki dan meluruskan cara menyembah Tuhan. Agama berhala menyembah patung-patung. Rasulullah SAW mengajak untuk
beralih pada Islam yang hanya menyembah kepada Allah, Tuhan yang Maha Esa serta
menjauhi sikap musyrik.
3. Menegakkan ajaran Islam tentang persamaan hak dan derajat di antara
manusia.
4. Mengubah kebiasaan bertaklid kepada nenek moyang dan meluruskan segala
adat- istiadat, kepercayaan dan upacara-upacara keagamaan.
5. Nabi Muhammad SAW berdakwah dengan sabar, ikhlas, dan tegas di antaranya
dengan tidak memaksakan kehendak dan lemah lembut.
6. Kebiasaan masyarakat jahiliyah sebelum diutusnya Nabi Muhammad SAW sebagai rasul ialah terjadinya penyimpangan dalam
semua bidang kehidupan, baik yang berhubungan secara vertikal dengan sang
pencipta maupun hubungan secara horizontal yang menyangkut hubungan kehidupan
sesama manusia.
7. Substansi ajaran Islam periode Mekah, yang harus didakwahkan Rasulullah SAW
di awal kenabiannya adalah sebagai berikut :
Ø Keesaan
Allah SWT
Ø Hari
Kiamat sebagai hari pembalasan
Ø Kesucian
jiwa
Ø Persaudaraan
dan Persatuan
8. Strategi
dakwah Rasululloh SAW periode Mekah :
Ø Secara diam-diam
Ø Secara terang terangan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar